DENPASAR, BALIPOST.com – Edukasi siaga bencana menjadi salah satu acara yang digelar di Boost Sanur Village Festival 2018. Edukasi ini sangat penting di tengah terjadinya sejumlah gempa yang lokasinya di Pulau Lombok dan terasa hingga di Bali.

Koordinator acara Wayan Parka mengatakan program edukasi dirancang dengan aneka permainan, lomba mewarnai dan menggambar. Siswa TK dan SD serta orangtua dan guru dilibatkan dalam kegiatan ini.

Ia mengatakan edukasi ini sangat penting bagi anak-anak, mengingat mereka hidup di Indonesia yang selalu berurusan dengan gempa bumi karena sebagian besar wilayah Indonesia berupa gunung berapi. “Program edukasi yang dirancang secara riang meliputi pengetahuan mengenai gempa bumi dan tsunami. Kedua menyampaikan kemungkinan hal-hal yang terjadi, dan ketiga mengatasi diri dari bencana,” kata Parka yang juga ikut mengajar dalam edukasi tersebut, Minggu.

Baca juga:  Bounty Cruise Bantu Evakuasi Wisatawan di Gili Terawangan

Sekitar 200 siswa TK dan SD se-Sanur mengikuti program edukasi ini selama 2 hari, Jumat dan Sabtu, bertempat di Segara Seaside Bar and Grilled Sanur. Para peserta, orangtua dan guru, tampak sangat menikmati program ini.

Tak sedikit dari peserta menunjukkan raut muka terkejut mendengar bahaya bencana. Tetapi, setelah dijelaskan oleh pengajar, sekaligus melihat video dan alat peraga mereka akhirnya paham.

Menurut Parka yang juga relawan pengajar bencana alam di berbagai sekolah, anak-anak sangat antusias mengikuti program ini. “Karena mereka masih tergolong usia anak-anak maka metode pengajaran dengan kegembiraan sangat mendukung untuk memasukkan ingatan yang telah diberikan,” jelasnya.

Baca juga:  Tak Ada BTS, Tiga Desa di Klungkung "Blank Spot"

Ketua Boost Sanur Village Festival 2018 Ida Bagus Gede Sidharta Putra atau akrab disapa Gusde mengatakan program edukasi lingkungan hidup dan mitigasi bencana alam yang telah dilaksanakan di setiap pelaksanaan SVF memberikan arti yang sangat penting bagi upaya penanaman pemahaman menyelamatkan lingkungan dan mengatasi kejadian bencana alam. “Anak-anak itu bagai tanaman yang baru tumbuh, bila terus disirami dan dipupuk dengan pengetahuan dan pemahaman untuk mencintai alam, serta tanggap terhadap bahaya bencana alam, mereka akan tumbuh subur untuk selalu berbuat yang terbaik bagi alam. Serta tidak panik dan mampu menyelamatkan diri bila bencana gempa bumi dan tsunami terjadi,” tuturnya. (Diah Dewi/balipost)

Baca juga:  BEM Unud Bersaksi Kasus SPI, Sebut Ada Konflik Internal hingga Ruangan Bocor
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *