BANGLI, BALIPOST.com – Sebanyak lima puluh unit rumah yang didirikan pemerintah untuk merelokasi para korban bencana alam banjir bandang di Dusun Yeh Mampeh, Desa Batur Selatan, Kintamani sudah selesai dibangun beberapa bulan lalu. Hanya saja, hingga jelang diresmikan, rumah tersebut belum dilengkapi jaringan listrik dan air. Meski demikian, beberapa warga korban bencana sudah ada yang menghuni rumah tersebut.
Perbekel Desa Batur Selatan Gede Sarjana, Minggu (26/8), mengatakan puluhan unit rumah tersebut sudah rampung dibangun awal 2018. Beberapa unit diantaranya, sudah ada yang ditempati warganya meski belum dilengkapi jaringan listrik dan air. “Untuk listrik belum ada. Sementara pakai lampu manual atau lilin, ada yang nebeng sementara di tetangga,” ungkapnya.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan air, beberapa warganya mendapatkannya dengan mengambil sendiri di air terjun yang ada di dekat wilayah dusun setempat, dan ada juga yang meminta ke warga lainnya. Dikatakan Sarjana, untuk bisa mendapat jaringan listrik dan air bagi warganya yang tinggal di rumah relokasi tersebut, pihaknya sudah mengajukan proposal ke Dinas Sosial dan BPBD Kabupaten Bangli.
Hanya saja belum mendapat respon. “Rencananya pada 27 Agustus dilakukan serah terima rumah relokasinya,” kata Sarjana.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bangli Wayan Karmawan membenarkan bahwa sejak selesai dibangun, rumah bantuan senilai Rp 40 juta per unitnya itu sudah dihuni korban bencana alam. Meski demikian, peresmian rumah tersebut rencananya baru akan dilakukan Pemkab Bangli pada Senin (27/8). Untuk meresmikannya, Pemkab Bangli telah mengundang BNPB.
Karmawan juga mengakui bahwa kendati telah ditempati beberapa warga, puluhan rumah bantuan tersebut sampai saat ini masih belum dilengkapi jaringan listrik dan air. Untuk memenuhi kebutuhan listrik dan air, pihaknya mengaku akan mengupayakan dengan melapor ke Bupati.
Sementara itu disinggung mengenai progress rencana relokasi untuk warga korban bencana alam tanah longsor di Dusun Bantas, Desa Songan, Karmawan mengatakan sejauh ini masih dalam proses pembebasan lahan. Pihaknya tidak bisa memperkirakan berapa lama proses itu rampung. “Yang jelas kita menargetkan proses relokasi bisa secepatnya sesuai jenjang yang ada,” imbuhnya. (Dayu Swasrina/balipost)