Para delegasi ahli pascapanen dan pemangku kepentingan dari 10 Negara Anggota ASEAN berfoto bersama pada ASEAN Regional Workshop di Hotel Sakala Resort, Nusa Dua-Bali, Selasa (28/8). (BP/adv)

DENPASAR, BALIPOST.com  – Bekerjasama dengan ASEAN Cooperation Project dan didukung oleh Dana Terpadu ASEAN Jepang (JAIF), Kementerian Pertanian Republik Indonesia menggelar ASEAN Regional Workshop “Cooperation Project on Reduction Of Post-Harvest Losses (HPL) for Agricultural Produces & Products in ASEAN Region” di Hotel Sakala Resort, Nusa Dua-Bali, Selasa (28/8) kemarin. Workshop ini dihadiri oleh 20 delegasi ahli pascapanen dan pemangku kepentingan dari 10 Negara Anggota ASEAN (AMS), serta ilmuwan, pekerja penelitian, pejabat pemerintah dan pengusaha bisnis.

Ada beberapa pembicara yang berbeda dari ADB, FAO dan Bank Indonesia – Small Medium Enterprise dan melibatkan 44 orang partisipan dari berbagai akademisi perguruan tinggi dan instansi terkait dari 10 negera ASEAN. Untuk Bali, akademisi Universitas Udayana Dr. Agung Suryawan dan akademisi Universitas Warmadewa Dr. Ida Bagus Udayana) menjadi partisipan yang mewakili Indonesia.

Kepala Biro Perencanaan, Kementerian Pertanian, Dr. Kasdi Subagyono, mengatakan salah satu tujuan utama dari ASEAN Regional Workshop ini adalah untuk mengembangkan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan kerugian pasca panen. Sebab, selama ini kerugian pascapanen di Indonesia secara total mencapai 20-50% yang hilang. Tentu hal ini harus segera ditekan dengan meningkatkan produksi, meningkatkan distribusi, dan mengurangi kerugian dengan memanfaatkan teknologi pertanian. “Mengurangi kerugian pangan pasca panen merupakan komponen penting untuk menjamin keamanan pangan global di masa depan. Apalagi, dalam proses distribusi, penyimpanan, penanganan dan pemasaran produk pertanian, kerugian besar bisa terjadi, mulai dari penurunan kuantitas yang signifikan hingga penurunan kualitas produk segar. Tentu dengan memanfaatkan teknologi pertanian, efisiensi dan kualitas produk pertanian akan lebih meningkat,”tandas Kasdi Subagyono, Selasa (28/8) kemarin.

Baca juga:  Dubes Inggris Gelar Perayaan Ulang Tahun Raja Charles III

Selain itu, tujuan ASEAN Regional Workshop ini untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan Negara Anggota ASEAN tentang pengurangan PHL, untuk berbagi dan bertukar hasil dan mengidentifikasi rekomendasi kebijakan berdasarkan kegiatan percontohan dari Indonesia (sayuran), Thailand (Buah-buahan) dan Vietnam (Padi). Di samping juga untuk mengidentifikasi rekomendasi estimasi kerugian pasca panen, intervensi teknologi pascapanen dan analisis kebijakan tentang intervensi pengurangan kerugian pascapanen, berdasarkan kegiatan program pengembangan eksekutif. Sehingga dapat dikembangkan rekomendasi kebijakan untuk pengurangan PHL komoditas pangan strategis di kawasan ASEAN.

Baca juga:  Ramai Peminat, Gaikindo Terpaksa Tolak Peserta Gelaran GIIAS

Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Kementerian Pertanian RI, Prof. Dr. Ir. Risfaheri, M.Si., mengatakan lewat workshop tersebut bisa menjadi ajang saling berbagi bagaimana menekan kehilangan hasil produksi pertanian pascapanen di setiap negara. Apalagi, masing-masing delegasi dapat menyampaikan tingkat kemajuan, strategi, hingga masalahnya. Dengan bertukar informasi tersebut dapat disusun strategi untuk menekan ‘loss’ yang terjadi yang kisarannya 20 persen, terutama untuk komoditi hortikultura karena sifatnya yang mudah rusak. “Bisa bertukar pikiran, baik itu teknologinya, maupun proyek percontohannya di masing-masing negara. Misalnya di Indonesia untuk cabainya, Thailand untuk nenasnya, dan Vietnam untuk berasnya,”katanya.

Baca juga:  Lindungi Mata Air Bali, Perlu Upaya Sekala dan Niskala

Prof. Dr. Eriyatno, ASEAN Regional Expert berharap dengan dibangunnya kekuatan ekonomi bersama antarnegara di ASEAN, khususnya di bidang pangan, maka negara-negara di Asia Tenggara juga bisa bersaing dalam perdagangan pangan dunia. Menurut Eriyatno, dari kerjasama tersebut, selain dapat meningkatkan produksi pangan dan juga untuk mengurangi potensi hilangnya perdagangan antarnegara.

Pada kesempatan tersebut dilakukan peluncuran Aliansi ASEAN Expert Networking ASEAN (APHENet). Peluncuran APHENet dilakukan dalam rangka mempertahankan perbaikan berkelanjutan dari misi proyek yang terbaik untuk mempertimbangkan membangun jaringan kolaborasi masa depan untuk ilmuwan PH serta praktisi. APHENet didukung oleh platform teknologi digital modern, sehingga membuat kemakmuran yang lebih baik bagi para petani, profitabilitas untuk agro-bisnis, efisiensi dalam rantai pasokan yang keberlanjutan untuk lingkungan di dalamnya. (adv/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *