SINGARAJA, BALIPOST.com – Revitalsiasi Pasar Banyuasri yang dibiayai penuh dari APBD Buleleng, tidak saja membangun pasar dengan konsep semi moderen. Pemkab “merombak” pasar tradisional terbesar kedua di Bali Utara itu untuk menyiapkan tempat untuk menjual beragam jenis buah dan resep kuliner lokal asli dari Den Bukit. Tak hanya kekhasan-nya, namun komuditas yang dijual di los pasar ini hanya produk yang memiliki kwalitas tinggi, sehingga sehingga bisa menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan baik dalam Negeri maupun wisatawan mancanegara (Wisman).
Itu diungkapkan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana (PAS) ketika ditemui di lobi kantor Bupati belum lama ini.
Lebih jauh Bupati mengatakan, perencanaan yang sudah disusun Pasar Banyuasri ini direvitalsiasi menjadi pasar semi moderen bukan hanya membangun infrastruktur yang nyaman dan lingkungan yang bersih dan indah, namun pasar ini dibangun untuk menunjang pariwisata Buleleng. Untuk itu, dari perencanaan pasar dibangun berlantai tiga ini, satu lantai dibuat khusus untuk pedagang yang menjual buah lokal Buleleng dan resep masakan tradisional Buleleng. Tak cukup menyediakan tempat yang spesial, namun langkah ini akan memebrikan manfaat besar bagi petani atau kelompok masyarakat yang mewarisi resep masakan khas Buleleng untuk menjajakan komuditas tersebut di Pasar Banyuasri.
Menurut Bupati, tidak cukup membuat los khusus, namun pemerintah ke depan perlu membentu lembaga untuk mengontrol kwalitas produk buah dan resep masakan khas Buleleng. Lembaga ini ditugaskan untuk mengontrol kwalitas, sehingga setiap komuditas yang masuk ke Pasar Banyuasri memiliki kwalitas seperti rasa, tingkat kematangan, dan standar harga. Selain itu, kalangan petani atau kelompok masyarakat yang mengolah resep masakah khas Buleleng termotivasi untuk menjaga kwalitas dan menumbuhkan gengsi setelah komuditas produk dijual di Pasar Banyuasri yang baru.
“Ini sedang berproses dan bagaimana temat kita siapkan, kwalitas kita control, jadi kalau orang cari mangga aslai dari Desa Depaha penghasil mangga berkwalitas. Kalau cari dodol khas Desa Pengletan rasanya asli, sehingga keunggulan ini akan dicari dan ditambah tempat yang representatif, maka Pasar Banyuasri akan menajdi daya tarik wisata,” jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, revitasliasi Pasar Banyuasri awalnya mengandalkan kucuran dana Tugas Pembantuan (TP) dari peemrintah pusat. Hanya saja, dari total kebutuhan anggaran untuk membangun pasar RP 100 miliar, pemerintah pusat menyetujui anggaran pembangunannya senilai Rp 6 miliar.
Tidak ingin program ini gagal, Pemkab Buleleng tetap memanfaatkan dana TP tersebut untuk me-revitalsiasi Pasar Tradisional Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak. Sedangkan, revitalisasi Pasar Banyuasri sepenuhnya dibiayai dari APBD murni dengan skema proyek multiyes. Tahun ini, pemkab sudah menyusun Detail Enjenering Desain (DED). Memasuki tahun 2019 mendatang, pemkab mengalokasikan untuk pembangunan awal dengan mengalokasikan anggaran APBD Rp 50 miliar. Kemudian di tahun berikutnya kembali pemkab aan merancang aloaksi anggaran untuk tahap dua sampai bangunan fisik pasar semi moderen pertama di Buleleng itu bisa diwujudkan. (mudiarta/balipost)