DENPASAR, BALIPOST.com – Jika Anda sering mengalami tremor (tangan gemetar), kesulitan bergerak, otot kaku, suara mengecil, pikun, perlu diperiksakan ke dokter spesialis penyakit saraf. Pasalnya gejala itu merupakan tanda parkinson.
Dokter Spesialis Penyakit Saraf RSUP Sanglah dr. Sri Yenny Trisnawati GS, M.Biomed., Sp.S. menerangkan, parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif. Penyakit ini muncul karena kematian dari neuron-neuron di otak khususnya di daerah bassalis ganglia.
Kematian sel-sel itu menimbulkan gangguan pada produksi sekresi dari dopaminnya. Akibatnya dopamin berkurang sehingga timbul gejala parkinson.
Parkinson lebih banyak dialami pria daripada wanita. Perbandingnanya 3:2. Di Indonesia prevalensinya 160 per 100.000 populasi dan angka kejadiannya berkisar 20 per 100.000 populasi.
Angka kejadian ini meningkat seiring bertambahnya usia. Pada usia 70 tahun, prevalensinya dapat mencapai 120 dan angkat kejadiannya 55 kasus per 100.000 populasi per tahun.
Gejala utama parkinson berupa gejala motorik yaitu, adanya tremor pada saat istirahat. Namun pada saat bekerja tremornya hilang. Gejala lainnya adalah adanya rigiditas atau kekakuan tonus dari otot.
Gejala lainnya yaitu bradikinesia yaitu kesulitan dalam melakukan gerakan. “Misalnya dari duduk mau berdiri itu sangat sakit. Perlu waktu untuk berdiri untuk memulai berjalan perlu waktu, kecekatannya berkurang,” jelasnya.
Daari wajah juga bisa dikenali dengan senyum yang berkurang, mimiknya berkurang, seperti wajah topeng. Ini disebut hipomimia. Suaranya juga mengecil.
Penderita mengalami gangguan dari pengucapan kata-kata misalnya cadel. Jika menulis, semakin lama tulisanya semakin mengecil (mikrografia). Kestabilannya juga terganggu, mudah jatuh ketika didorong.
Gejala non motorik seperti penciumannya terganggu, gangguan tingkah laku, sering lupa, gangguan eksekutif. Artinya tidak bisa menyelesaikan problem yang sederhana, tidak bisa memecahkan masalah. Ada juga gangguan depresi pada pasien parkinson.
Gejala itu muncul tergantung stadiumnya. Parkinson ada 5 stadium dari stadium 1 sampai 5. Semakin tinggi stadiumnya, semakin berat gejalanya. Hingga harus membutuhkan bantuan orang untuk berdiri.
Penyebab penyakit ini ada dua yaitu parkinson disease dan parkinsonism. “Parkinson disease itu seperti yang saya jelaskan tadi, sel neuronnya mengalami gangguan di bangsalis ganglianya,” pungkasnya.
Sedangkan parkinsonism penyebabnya pernah mengalami stroke, tumor di otak, karena obat-obatan seperti obat anti psikotik, obat anti emetik anti muntah, pasca infeksi otak seperti meningitis, dan pernah trauma kepala karena kecelakaan.
Karena sifatnya idiopatik dan neurodegeneratif, memang sampai sekarang dikatakan tidak bisa sembuh. Pengobatannya pun berlangsung seumur hidup karena yang rusak adalah bagian sel tertentu sehingga tidak memproduksi dopamin sendiri.
Oleh karena itu perlu dopamin dari luar dengan obat-obatan. “Bukan tidak bisa diobati, ini ada obatnya tapi memerlukan waktu pengobatan seumur hidup,” tandasnya.
Jadi kualitas hidupnya akan bisa membaik dengan pemberian dopamin dari luar. Dengan pemberian dopamin kebutuhan dalam tubuhnya akan tercukupi. Sehingga penderita bisa melakukan aktivitasnya. (Citta Maya/balipost)