GIANYAR, BALIPOST.com – Pura Desa dan Puseh Batuan, merupakan salah satu objek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan. Sejumlah bus ukuran besar pun datang membawa wisatawan ke pura ini setiap harinya. Bahkan kunjungan per hari ke objek wisata ini mencapai 2.000 lebih wisatawan.
Untuk mencari pura ini, hanya perlu ditempuh dalam waktu 30 menit dari Denpasar. Lokasinya pun strategis, yakni berdekatan dengan Pasar Seni Sukawati, Air Terjun Tegenungan serta masih satu jalur bila menuju kawasan wisata Ubud.
Posisi tersebut membuat pura Puseh dan Pura Desa Batuan begitu mudah dijangkau pelancong. Akibatnya, jumlah kunjungan ke areal pura ini pun cukup tinggi. Seperti terlihat pada Minggu (2/9), areal pura nampak dipadati wisatawan.
Selain melihat sejumlah situs yang masih apik tersimpan, wisatawan juga asyik melihat ukiran yang terpahat pada setiap sudut bangunan di pura tersebut. Mereka pun nampak mengambil foto bangunan bahkan berselfie pada salah satu sudut bangunan di pura ini.
Wayan Suka salah satu pecalang pura setempat mengatakan kunjungan wisata ke pura khayangan ini memang ramai setiap harinya. Kondisi ini terlihat dari pagi sekitar pukul 09.00 wita hingga pukul 18.00 wita. “Kunjungan masih ramai, dan kami pecalang disiagakan untuk mengawasi kunjungan,” katanya.
Dikatakan meski kunjungan terus meningkat, kunjungan ke pura ini sempat sepi saat Gunung Agung meletus beberapa waktu lalu. “Saat itu saja hanya beberapa wisatawan yang berkunjung, tapi kondisi itu tidak berlangsung lama. Kunjungan pulih lagi, bahkan sekarang semakin meningkat,” ucap pria berkumis asal Desa Batuan ini.
Sementara Bendesa Batuan, Made Jabur mengatakan kunjungan wisatawan ke obyek yang dikelola oleh Desa Adat Batuan itu memang terus mengalami peningkatan. Diakui peningkatan cukup signifikan terlihat dalam beberapa bulan belakangan ini. “Memang kunjungan wisatawan terus mengalami peningkatan, terutama wisatawan Asia, khususnya Cina,” ucapnya.
Diungkapkan pula kunjungan wisatawan per hari ke Pura Puseh Desa Batuan ini mencapai 1.000 hingga 2.000 lebih per harinya. Tidak hanya wisatawan Asia, banyak juga kunjungan dari wisatawan Eropa. “Kalau sampai 2000 lebih itu kawasan pura pasti sudah padat,” ungkapnya.
Seluruh wisatawan yang berkunjung itu tidak dikenakan biaya masuk, hanya panitia menyediakan kotak sumbangan sukarela. Hasil dari sumbangan itu digunakan untuk menggaji petugas yang menyediakan selendang dan para pecalang yang berjaga setiap hari. “Selama wisatawan berkunjung itu kan ada yang terus menjaga, jadi hasil ini kita siapkan untuk menggaji mereka, termasuk juga untuk biaya perawatan taman hingga upacara,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)