DENPASAR, BALIPOST.com – Inflasi di Denpasar pada Agustus 2018 mencapai 0,23 persen. Secara yoy (year on year), inflasi Agustus 2018 dibandingkan Agustus 2017 mengalami kenaikan, yakni 3,82 persen dari 3,47 persen.
Menurut Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, I Gede Nyoman Subadri, SE, inflasi ini disebabkan dari ratusan komoditas yang datanya direkam. Rinciannya 87 komoditas mengalami kenaikan harga, hanya 55 yang mengalami penurunan harga.
Dari 7 kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami inflasi di Denpasar, dua lainnya deflasi yaitu sandang dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. “Di sandang yang menyebabkan deflasi sama dengan nasional adalah penurunan emas. Sementara deflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan karena adanya penurunan tarif angkutan udara,” bebernya.
Bahan makan merupakan hal yang paling rentan mengalami inflasi. Seperti halnya pada bulan Agustus 2018 terjadi inflasi kelompok bahan makanan. Penyebabnya adalah daging ayam ras, daging sapi, daging babi, ikan jengki. Inflasi pada kelompok makanan jadi, rokok, minuman dan tembakau disebabkan oleh kenaikan harga rokok.
Kelompok perumahan, air listrik, gas dan bahan bakar juga mengalami inflasi. Ini karena kenaikan harga bahan bakar rumah tangga. Kelompok kesehatan mengalami inflasi karena obat sakit kepala dan shampoo. Pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi.
Sementara Singaraja justru terjadi deflasi pada kelompok bahan makanan. Ini disebabkan karena penurunan harga telur ayam, cabai rawit, bawang merah. Kelompok pengeluaran yang lain yang juga mengalami deflasi adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Sementara lima kelompok pengeluaran yang lain mengalami inflasi.
Deputi Direktur Bank Indonesia KPw Provinsi Bali Azka Subhan mengatakan, inflasi mtm Bali dari hasil survei di Denpasar dan Singaraja adalah 0,23 persen. Inflasi ini lebih rendah dari inflasi bulan Juli 2018.
Secara MtM, inflasi 0,47 persen dan yoy 3,83 persen. “Kalau target inflasi 3,5 persen plus minus satu persen. Jadi target maksimal inflasi itu 4,5 persen jadinya. Kita berharap inflasi Bali kurang dari 4 persen dan tetap memenuhi target yang diharapkan,” pungkasnya.
Memang menurutnya inflasi di atas 3,5 persen ini perlu diwaspadai apalagi akan ada event besar IMF WB 2018 yang juga akan mempengaruhi inflasi makin tinggi. Namun TPID tetap pada strateginya dalam mengantisipasi inflasi. (Citta Maya/balipost)