Dermaga Tanah Ampo. (BP/dok)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Puluhan miliar sudah dihabiskan untuk membangun Pelabuhan Tanah Ampo, Manggis, Karangasem. Namun sampai sekarang pelabuhan yang diproyeksikan untuk kapal pesiar itu tak kunjung beroperasi.

Alur dermaga malah kondisinya makin kumuh dan menjadi tempat para pemancing. Pelabuhan Tanah Ampo dibangun tahun 2006 dengan cara patungan. Selain pemerintah pusat, juga ada suntikan dana dari Pemprov Bali dan Pemkab Karangasem.

Pemerintah pusat membiayai proyek di laut, provinsi membiayai pembangunan terminal dan pemerintah kabupaten mengurus masalah lahannya. Selama bertahun-tahun proyek itu mangkrak, tak ada kapal pesiar yang sudi singgah karena dermaga kurang panjang.

Selama mangkrak, pelabuhan lebih banyak digunakan untuk aktivitas memancing. Sementara gedung terminal difungsikan sebagai Posko Induk Penanganan Erupsi Gunung Agung.

Baca juga:  Kembali, Bali Laporkan Mayoritas Kematian Pasien COVID-19 Tak Berkomorbid

Banyaknya pemancing di lokasi, diikuti pendirian warung-warung kecil di sepanjang dermaga. Ini membuat suasana di sepanjang alur dermaga semakin kumuh. Tak ada upaya penertiban atau himbauan dari pihak terkait. Meski di sekitar dermaga sudah terpasang, larangan pemancing memasuki lokasi dermaga. “Aktivitas mancing hampir setiap hari di sini. Kadang sampai menginap,” kata pemancing dari Gianyar, Made Nuaba, Senin (3/9).

Agar investasi yang ditanam tidak sia-sia, Pemkab Karangasem bekerja keras menyakinkan pemerintah pusat agar mengucurkan dana pembangunan breakwater dan jetty ramdoor (dermaga skoci). Kali ini Kementerian Perhubungan menyuntikkan dana Rp 48 miliar.

Breakwater dibangun memanjang sepanjang 135 meter dari pertengahan dermaga ke arah barat. Kedua proyek itu bertujuan agar dermaga bisa disandari perahu sekoci. Sebelumnya, proyek tambahan breakwater dan jetty ramdor sudah dimulai tahun lalu, tepatnya 18 Agustus 2017 dengan anggaran awal Rp 49 miliar.

Baca juga:  Pelajar SMP Pencuri Sesari Beraksi di Puluhan Pura di 2 Kabupaten

Dengan terbangunnya breakwater dan jety ramdoor, kapal pesiar apalagi yang berukuran besar masih tetap akan lego jangkar di tengah perairan. Breakwater dan jety ramdor dibangun untuk memberi akses perahu skoci terutama dari sisi keamanan untuk meyiasati kuatnya arus laut perairan Tanah Ampo.

Pengerjaan tahap II Dermaga Tanah Ampo, Kecamatan Manggis, akhirnya pembangunananya dilanjutkan tahun ini. Kepastian kelanjutan pengerjaan itu didapat, setelah Kepala Kesyahbandaran Otoritas Penyeberangan (KSOP) Padangbai menanyakan langsung kejelasan itu ke pemerintah pusat.

Baca juga:  Dari Penerbangan Internasional di Bandara Ngurah Rai Bertambah hingga Hidup Berdampingan dengan COVID-19

Kepala KSOP Padangbai, Ketut Gede Sudarma, belum lama ini, mengatakan pihaknya telah melakukan konsultasi ke pemerintah pusat. Hasilnya, pengerjaan tahap II pembangunan Dermaga Tanah Ampo akan dilanjutkan tahun ini. “Sebelum dilanjutkan pembangunannya, lebih dulu bakal dilakukan kajian oleh pusat terkait sisa waktu, sebelum akhir tahun kegiatan apa yang bisa dilakukan,” ungkapnya.

Untuk diketahui, aset Dermaga Tanah Ampo berasal dari pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten. Data Dinas Perhubungan Karangasem, menunjukan bahwa pemerintah pusat menggelontorkan dana Rp 56,2 miliar. Gedung terminal dan fasilitas penunjang pelabuhan dari Pemprov Bali senilai Rp 16,602 miliar. Sedangkan lahan zona inti lahan 1,5 hektar dari Pemkab Karangasem senilai Rp 2,625 miliar pada tahun 2006. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *