DENPASAR, BALIPOST.com – Kejadian Blackout di Bali disebabkan karena keluarnya pembangkit di PLTU Paiton dari sistem. Suplai dari Paiton mencapai 25 persen kelistrikan di Bali. Demikian dikemukakan Manager Distribusi PLN Distribusi Bali, Eko Mulyo, Rabu (5/9).
Ia memaparkan karena berkurang 25 persen, sistem di Bali menjadi Blackout. “Kami harus melakukan penormalan. Untuk penormalan, butuh proses. Kami harus mendapatkan supply tegangan ke Pulau Bali, ke PLTU Celukan Bawang. Yang bisa berdiri sendiri, Pesanggaran,” jelasnya.
Proses ini paralel, yakni di Pesanggaran dan PLTU Celukan Bawang. Untuk PLTU Celukan Bawang menunggu supply dari Jawa. Begitu dapat supply, PLTU akan beroperasi. Sedangkan di Pesanggaran bisa langsung dihidupkan. “Saat ini sudah selesai (penormalan, red),” jelasnya.
Ia menegaskan peristiwa blackout di Bali yang terjadi sekitar pukul 12.36 Wita ini menjadi catatan buat PLN Distribusi Bali. “Kejadian ini menjadi perhatian kami untuk mengevaluasi, sistem yang ada di Pulau Bali yang terhubung ke Jawa. Banyak hal yang kami cek. Dari hasil investigasi akan ketahuan, kami akan buat skema yang lebih baik dari yang saat ini ada,” sebutnya.
Ditanya tentang persiapan untuk IMF-WB Annual Meeting yang akan berlangsung Oktober, ia menjelaskan sudah menyiapkan skema. Untuk pick up system di lokasi pelaksanaan IMF-WB Annual Meeting dilakukan hingga 5 lapis. “Untuk venue, back up dengan UPS, kemudian jaringan PLN yang jumlahnya 2, diback-up juga dengan genset hotel, dan genset PLN.
Untuk lokasi penginapan Presiden, dijelaskannya ada sekitar 28 kepala negara, 186 menteri keuangan dan gubernur bank yang mengikuti pertemuan ini. Back-upnya ada 4, yakni UPS, penyulang ada 2, dan genset hotel. “Sudah kami siapkan, progressnya sekitar 80 persen. Akhir September, target kami sudah selesai,” tegasnya. (Suryawan/balipost)