Made Gianyar bersama Erik Wiriani semasa hidupnya. (BP/dokumen pribadi Made Gianyar)

DENPASAR, BALIPOST.com – Ni Luh Putu Erik Wiriani (alm), istri Bupati Bangli meninggal karena sakit kanker payudara. Sejak tahun 2014, almarhum di vonis kanker payudara stadium 3. Almarhum di operasi di Wing Amertha RSUP Sanglah, setelah itu menjalani terapi radiasi di RSCM. Selain radiasi, almarhum juga menjalani kemoterapi.

Dari hasil evaluasi, dokter sempat menyatakan kanker di tubuh almarhum sudah bersih. Ia pun menjalani aktivitas seperti biasa. Sebagai ASN, Ketua Tim Penggerak PKK, staff ahli bupati, dan Ketua YLKI.

Dua tahun kemudian, tahun 2016, muncul bintik- bintik merah pada tangan dan beberapa bagian tubuhnya. Setelah dikonsultasikan ke Prof.Dr.dr. Suhartatik di RSCM, almarhum disarankan cepat datang ke RSCM untuk melakukan perawatan. Almarhum datang ke Jakarta ditemani sang suami. Disana ia mendapat penanganan. Namun rupanya kanker telah menyebar ke organ hatinya. Sehingga kemoterapi harus dilakukan selama 12 kali setiap dua minggu.

Baca juga:  Pemahaman Masih Kurang, Penderita Kanker Terus Bertambah

Setelah di evaluasi, hasilnya ternyata mengecewakan. Kemoterapi tidak mempan melawan penyakit kanker yang diderita almarhum. Rencananya tanggal 14 Agustus lalu, almarhum dirawat di RSCM. Kamar pun telah disiapkan. Namun karena kesibukan Bupati yaitu HUT Provinsi Bali dan HUT RI, almarhum menunda keberangkatannya ke Jakarta untuk perawatan. Rencananya tanggal 18 Agustus, almarhum dan suami ke Jakarta.

“Semestinya kalau dia tidak menunggu suaminya, beliau pergi sendiri ke RSCM. Rencananya ibu saja kesana, saya tetap jadi inspektur upacara tapi ibu engga mau kalau tidak didampingi suaminya. Akhirnya tanggal 14 Agustus usai HUT Provinsi, istri saya sudah tidak kuat,” tuturnya.

Baca juga:  Bupati Giri Prasta Hadiri Upacara Penyiraman Putra Kedua I Gusti Ngurah Rai

Almarhum dilarikan ke Wing Amertha RSUP Sanglah. Ia dirawat 12 hari disana. Setelah sempat pulang dan di rumah selama 6 hari, sakit almarhum kembali kambuh. Sabtu tanggal 1 September, almarhum kembali masuk RSUP Sanglah hingga akhirnya meninggal Kamis (6/9) dini hari.

Almarhum meninggalkan dua anak. Yaitu Ananta Wicaksaba Wiryagian (22) yang sedang menjalani pendidikan di Teknik Arsitektur, ITS Surabaya dan Sintya Wulandari Wiryagian (21) menjalani pendidikan di prodi Akuntansi, UGM.

Ia meminta maaf pada semua rekan dan teman almarhum atas kesalahan yang pernah dibuat. Ia juga mengucapkan terima kasih pada RSCM, RSUP Sanglah, RSUD Bangli, serta BPJS Kesehatan karena telah membantu selamat perawatan istrinya.

Baca juga:  Tak Ada Tengkulak, Pasar Gotong Royong Pertemukan Pembeli Langsung dengan Petani dan Nelayan

Sementara, saat ini jenasah almarhum disemayamkan di rumah duka Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah. Rencananya Jumat (7/9) jenazahnya akan dibawa ke rumah duka kemudian dilakukan upacara makingsan.

Bupati Bangli I Made Gianyar menuturkan, sesuai dengan adat istiadat serta sebagai masyarakat adat, jenazah istrinya tidak diaben namun makingsan (dikubur). Karena di Desa Bunutin sedang ada karya ngenteg linggih madudusan agung. Sehingga belum bisa dilakukan penguburan sebagaimana mestinya.

“Di Desa adat saya tidak boleh membakar mayat, pengempon Pura Puncak Penulisan tidak boleh melakukan pembakaran mayat,” ungkapnya ketika ditemuai di rumah duka RSUP Sanglah, Kamis (6/9).  (maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *