DENPASAR, BALIPOST.com – Pertanian Bali menghadapi sejumlah persoalan. Salah satunya sulit memasarkan produk setelah panen.
Untuk mengatasi persoalan ini, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bali akan menggelar Bali Festival Safety and Healthy Food. Festival dilaksanakan selama 3 hari, 5 hingga 7 Oktober di Lapangan Timur Bajra Sandhi, Renon.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bali Wayan Mardiana mengatakan, produsen bisa menanam bahan pangan tapi pemasaran tidak bisa dilakukan. Setelah mendapatkan pasar, seperti swalayan, hotel, dan restoran, petani kembali disulitkan perihal pembayaran. Sebab, umumnya pembayaran dari pasar baru bisa dilakukan 2 sampai 3 bulan setelah produk diterima. Alhasil untuk bisa menjaga kesinambungan usahanya, petani kesulitan modal.
Permasalahan itu, kata Mardiana, akan dipecahkan Jamkrida. Jamkrida akan menalangi pembayaran ke petani terlebih dulu. Kemudian penagihannya akan dilakukan oleh Jamkrida.
Jamkrida pun dikatakan telah siap. Ini dituangkan dalam bentuk MoU yang akan ditandatangani pada 5 Oktober saat Bali Festival Safety and Healthy Food. “Bagaimana dia (Jamkrida, red) mampu memberikan pembiayaan terhadap produsen yang menjual produknya ke hotel, supermarket, dan restoran. Produsen menjual produknya ke mitra usahanya, problemnya kan di pembayaran. Inilah Jamkrida yang akan menalangi dulu,” ungkapnya.
Dikatakan batasan pembiayaan tergantung dari kemampuan Jamkrida dan jumlah pelaku usaha yang bermitra. Pembiayaan ini khusus untuk produk pertanian dan bunga.
Ia menyebutkan pada Bali Festival, juga diundang PHRI dan Asita. Terdapat juga pelaksanaan Gema Perdamaian, yang diperkirakan jumlah yang hadir sekitar 10.000 orang.
Melalui Bali Festival Safety and Healthy Food diharapkan bisa meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian Bali. Tujuan lain dari Festival ini adalah memperkenalkan produk pangan segar dan cara pengolahan pangan segar yang aman dikonsumsi. “Sering sekali produk pertanian kita kalah dengan produk pertanian dari Jawa. Bahkan mengimpor produk pangan dari luar negeri,” tuturnya saat rapat dengan stakeholder Kamis (6/9).
Dalam kegiatan ini, anak-anak sekolah akan dilibatkan dalam kegiatan gemar makan ikan dan telur. Tujuannya untuk menanamkan kebiasaan postitif bagi anak didik agar membiasakan diri mengonsumsi protein yang cukup, dari telur dan ikan.
Sesuai data statistik, hampir 80 persen siswa-siswi Bali tidak suka makan sayur dan buah. Maka dalam kegiatan itu juga dilakukan perlombaan–perlombaan seperti lomba makan buah, gemar makan telur dilakukan selama 3 hari.
Sebanyak 1.000 butir telur disiapkan pada festival yang akan dilakukan rutin setahun sekali itu. Juga diadakan lomba mengolah makanan sehat dan aman bekerjasama dengan ICA (Indonesian Chef Association). Di samping juga ada stand pameran produk segar asal tumbuhan yang telah mendapat sertifikat prima. (Citta Maya/balipost)