Kebakaran hutan di Kintamani. (BP/dok)

BANGLI, BALIPOST.com – Musim kemarau yang masih berlangsung pada September ini rentan menyebabkan kebakaran hutan. Untuk mencegah kebakaran hutan di wilayah Kintamani, masyarakat diimbau tak melakukan aktivitas pembakaran di dekat maupun dalam hutan.

“Kami imbau bagi petani yang menggarap lahan hutan, baik hutan BKSDA maupun KPH yang bawahnya digunakan tanam rumput gajah agar tidak melakukan aktivitas pembakaran. Demikian juga bagi pegguna jalan agar tidak membuang putung rokok sembarangan,” kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bangli I Ketut Agus Sutapa, Selasa (11/9).

Baca juga:  Tidak Diam Selama Pandemi, BPR Lestari Group Tumbuh 370 Miliar dan Luncurkan Inisiatif Digital

Dikatakan Agus berdasarkan pengalaman selama ini, kasus kebakaran hutan ditenggarai mayoritas disebabkan aktivitas pembakaran lahan oleh warga di sekitar hutan. Pembakaran lahan biasanya sengaja dilakukan saat musim kemarau, agar nantinya saat musim hujan rumputnya dapat kembali tumbuh dengan bagus.

Selain itu, faktor lainnya yang juga memicu terjadinya kebakaran adalah karena adanya warga yang membuang puntung rokok di dekat kawasan hutan. Agar peristiwa kebakaran hutan tidak lagi terulang saat musim kemarau, pihaknya pun kembali mengimbau masyarakat untuk waspada dan ikut menjaga hutan dengan baik.

Baca juga:  Sebaran Pegawai di Pemkab Bangli Bakal Ditata Ulang

Ia menyebutkan kawasan hutan yang cukup rawan mengalami kebakaran, antara lain hutan yang ada di wilayah jalur Sukawana-Pinggan dan hutan di jalur Buahan hingga Terunyan. Hutan tersebut selama ini dikelola oleh KPH Bali Timur.

Selain itu, hutan yang dikelola BKSDA juga rawan kebakaran. Yakni yang ada di wilayah Suter dan sekitaran kawasan Gunung Batur.

Dijelaskannya bahwa berdasarkan data kalender kebencanaan BPBD Bangli, siklus kebakaran hutan di Bangli terjadi hampir setiap dua tahun sekali. Kebakaran-kebakaran hutan yang terdata pernah terjadi pada 2013, 2015 dan 2017.

Baca juga:  BMKG: Musim Kemarau Tidak Akan Separah di Korea Selatan

Meski kalender kebencanaan menunjukan kebakaran hutan terjadi setiap dua tahun sekali dan cenderung saat tahun ganjil, pihaknya tetap berupaya melakukan langkah antisipasi dan pencegahan. Salah satunya dengan terus menghimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga hutan. “Mari bersama-sama menjaga hutan agar tetap lestari,” kata Agus. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *