MANGUPURA, BALIPOST.com – Pertemuan tahunan IMF (International Monetary Fund) dan World Bank (WB) yang diselenggarakan di Nusa Dua, diyakini akan berdampak positif terhadap iklim pariwisata Bali. Perhelatan taraf internasional ini sekaligus juga menjadi pertaruhan citra pariwisata di Kabupaten Badung.
Guna menjaga citra positif, pemerintah setempat telah melakukan berbagai upaya. Seperti, penataan taman meridian, penataan arus lalu lintas, termasuk membersihkan kawasan wisata dari gelandangan dan pengemis (Gepeng).
Berdasarkan catatan Bali Post, jumlah gepeng di Badung yang berhasil dilakukan pembinan mencapai 50 orang di 2016 dengan rincian 15 orang terlantar dan 35 pengemis. Tahun 2017, jumlah gepeng yang dilakukan pembinaan berjumlah 55 orang dengan rinian orang terlantar berjumlah 30 orang dan 25 orang pengemis. Seluruh gepeng ini memanfaat balita dan remaja yang memiliki usia antara tiga bulan hingga 60 tahun. Sedangkan, hingga September 2018, tim yustitusi berhasil mengamankan 80 gepeng.
Kepala Satpol PP Kabupaten Badung, I Gusti Agung Kerta Suryanegara, mengatakan dalam menyukseskan IMF-WB pihaknya telah melakukan bersih-bersih di sejumlah wilayah, seperti Kuta dn Nusa Dua agar terbebas dari gepeng. “Dalam menyukseskan acara ini, kami dari awal September sudah melakukan sidak di beberapa tempat di Badung. Terutama yang kami sasar adalah gepeng,” ujarnya Rabu (12/9).
Dalam sidak yang dilaksanakan secara rutin, Suryanegara mengatakan sudah puluhan gepeng dan pedagang yang ditindak secara langsung. Pihaknya juga mengamankan pengendara yang melakukan parkir sembarangan. “Kami sidak secara langsung agar tidak mengganggu perserta IMF-WB. Apalagi, pedagang di atas trotoar sangat mengganggu sekali,” jelasnya.
Menurutnya, penertiban wajib dilaksanakan lantaran pedagang dan gepeng tersebut sangat mengganggu pengunjung. Mereka biasanya berkeliaran di wilayah Kuta hingga Kedonganan, Jimbaran hingga Nusa dua. “Badung kan terkenal dengan pariwisatanya, masak ada gepeng atau pedagang acung. Apalagi pedagang yang biasa berjualan di traffic light,” jelasnya.
Dia mengakui, kawasan yang menjadi tujuan utama para gepeng ini adalah daerah Kuta. Daerah yang menjadi tujuan pariwisata ini pun sudah menjadi langganan para gepeng untuk melakukan aksinya. “Saat ini para gepeng tidak lagi berkeliaran di jalan utama, melainkan memilih jalur gang-gang kecil agar tidak mudah terpantau dan tertangkap petugas. Seperti, kawasan Kuta memang sudah menjadi langganan untuk pengemis beraksi. Tapi untuk orang terlantar, kami temukan di wilayah Kuta utara dan Kuta Selatan,” pungkasnya. (Parwata/balipost)