DENPASAR, BALIPOST.com – Pada Sabtu (15/9) dunia memperingati “World Clean Up Day.” Semua elemen masyarakat serentak melaksanakan aksi bersih-bersih sampah di seluruh Bali, terutama sampah plastik.
Kegiatan ini dilaksanakan tidak hanya di Bali tapi di 150 negara serentak. Untuk di Bali aksi ini difokuskan pada 29 titik.
Di Bali, World Clean Up Day mengusung konsep “Suksma Bali,” yang merupakan perwujudan terima kasih pada alam Bali. Wakil Ketua I DPP IHGMA I Made Ramia Adnyana mengatakan, IHGMA dan stakeholder pariwisata berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik. Tidak hanya diwujudkan dalam aksi World Clean Up Day, tapi juga pada aksi selanjutnya yaitu Deklarasi Stop Sampah Plastik pada 7 Desember.
Kata Ramia, aksi yang dipelopori oleh Paiketan Krama Bali ini sudah dilakukan dari sejak lama. Bukan pada saat acara “Suksma Bali” ini saja. “Saya rasa pihak hotel yang paling siap dan tentunya sudah menerapkan green concept di masing-masing hotel, seperti penggunaan eco friendly product yakni product chemical yang ramah lingkungan dan penerapan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) untuk produk yang terbuat dari plastik,” bebernya Jumat (14/9).
“Kita ikut sertifikasi Green Globe, THK Awards and Accreditation, ISO 9000 dan Proper yang kesemuanya bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada kegiatan yang merusak lingkungan termasuk pengelolaan sampah dan limbah di hotel,” ungkapnya.
Melalui kegiatan “Suksma Bali,” masyarakat diajak peduli dengan sampah plastik. “Ini gerakan moral untuk selalu mengingatkan semua pihak untuk selalu peduli sampah di lingkungan masing masing, demi terjaganya destinasi Bali tercinta ini,” tegasnya.
Ketua Aliansi Masyarakat Pariwisata Bali (AMPB) Dr. Gusti Kade Sutawa, MM., MBA, memberikan dukungan penuh terhadap terselenggaranya acara ini dalam menuju Bali bebas sampah. Tokoh pariwisata ini mengimbau seluruh anggota AMPB agar turut berpartisipasi penuh dalam mengsukseskan acara “World Clean Up Day” for ‘Suksma Bali’.
Ketua Panitia Suksma Bali yang juga praktisi pariwisata Yoga Iswara mengatakan, hingga saat ini lebih dari 15.000 orang yang sudah registrasi untuk ikut aksi ini. Aksi ini dilakukan di 29 titik baik di pantai, pura, wilayah desa dan campuhan.
Rinciannya 9 titik di Badung, 2 titik di Denpasar, 6 titik di Gianyar, 2 titik di Klungkung, 3 titik di Karangasem, 1 titik di Bangli, 1 titik di Tabanan, 1 titik di Jembrana, dan 4 titik di Buleleng.
Sampah yang dikumpulkan adalah sampah organik dan non organik. Sampah non organik (plastik) akan dikumpulkan dan ditimbang untuk dilaporkan ke panitia internasional. Kemudian disetorkan ke Dinas Lingkungan Hidup masing-masing kabupaten/kota, lalu dibawa ke bank sampahnya.
Yoga mengatakan, kegiatan ini merupakan gerakan bersama dan sekaligus langkah awal dalam menyosialisasikan kembali bahaya sampah plastik. “Kalau masalah sampah, seharusnya lebih disiplin orang pariwisata dibandingkan masyarakat domestik,” ungkapnya.
Sampah plastik tidak hanya terdapat di hilir tapi juga banyak di hulu. Sedangkan di hotel sudah ada sistem pengelolaan, pemisahan, dan penampungan sampah. “Kami merasa ini adalah bagian permasalahan kita bersama. Sehingga kita butuh gerakan bersama untuk mengedukasi bahaya sampah termasuk mengurangi,” ujarnya.
Kelanjutan kampanye adalah deklarasi stop sampah plastik. Bagi stakeholder pariwisata yang paham akan bahaya plastik, telah mengurangi penggunaan bahan plastik. Ia berharap aksi ini bisa menjadi getok tular pada masyarakat.(Citta Maya/balipost)