DENPASAR, BALIPOST.com – Sampah plastik menjadi masalah besar bila tidak ditangani dengan baik. Keberadaan sampah plastik bukan saja berdampak pada lingkungan semata, namun juga kesehatan pada manusia. Mengingat, jutaan meter kubik sampah plastik mencemari laut.
Kemudian sampah plastik ini akan dimakan oleh ikan yang ada di laut. Secara berantai, ikan yang telah memakan plastik tersebut menjadi menu bagi manusia. “Memang dampaknya tidak sekarang, tetapi dalam jangka lama, kesehatan kita akan terganggu,” ujar Kabid Pemberdayaan Perindustrian Maritim pada Deputi Bidang SDM, Iptek dan Budaya Maritim, Kemenko Bidang Kemaritiman, Andreas Hutahaean,Ph.D., di Sanur, Jumat (14/9).
Andreas mengatakan, berdasarkan hasil survey yang dilakukan Kemenko Kemaritiman dengan Bank Dunia pada 2017 menunjukan terjadi kebocoran sampah plastik ke laut cukup besar. Dalam satu tahun tercatat 38 juta ton penambahan sampah.
Dari jumlah itu sebanyak 17 juta ton masuk kategori sampah tidak terurus. Sebanyak 45 persen dari jumlah itu dibuang ke saluran, ke tanaman, dan dibakar. Sebanyak 1,29 juta metrik ton sampah plastik ini bocor ke laut.
Masalah perembesan sampah plastik ke laut ini membawa dampak negatif pada sektor kesehatan umum dan pariwisata Indonesia. Terlebih, pariwisata di Indonesia termasuk Bali, lebih banyak bertumpu pada keindahan laut.
Karena itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk bisa mengurangi sampah plastik ke laut. Pemerintah Indonesia juga telah mengambil tindakan untuk mengurangi polusi plastik laut, dengan tujuan telah mengurangi sampah laut sebesar 70 persen pada tahun 2025 dan berikrar untuk menganggarkan 1 miliar dolar AS per tahun untuk membersihkan sungai dan lautnya.
Pemerintah juga telah menerbitkan rencana aksi nasional pengelolaan sampah plastik di laut. Rencana ini mengandung strategi dan rencana kerja di daratan, di kawasan pesisir, dan di laut untuk mengurangi plastik di laut, serta berkontribusi pada tujuan nasional untuk sebuah Indonesia bebas sampah.
Rencana Aksi Nasional ini terdiri dari lima pilar utama: memperbaiki perubahan perilaku, mengurangi perembesan dari daratan, mengurangi perembesan dari laut, mengurangi produksi/penggunaan plastik dan meningkatan mekanisme pendanaan, reformasi kebijakan, serta penegakan hukum.
Sementara itu, Kasubdit Restorasi DirektoratPendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP, Sapta Putra Ginting mengatakan, dalam waktu dekat, Indonesia akan menjadi tuan rumah konperensi internasional Our Ocean Conference ke-5 di Bali. Acara yang digelar pada Oktober itu menitikberatkan pada komitmen dan aksi nyata untuk mempertahankan keberlanjutan laut. (Asmara Putera/balipost)