AMLAPURA, BALIPOST.com – Prosesi melasti Ida Batara Gunung Agung yang disungsung dari Pura Kahyangan Jagat Penataran Agung di Nangka, Karangasem, Sabtu (15/9) pagi. Sepanjang jalan sekitar 20 kilometer yang dilalui sampai ke Pantai Jasri, perjalanan pralingga melantaran (beralas kain putih) juga diikuti ribuan masyarakat Karangasem.
Ketua Panitia Karya Ida Made Alit menyebutkan, baru kali ini digelar karya agung di Pura Kahyangan Jagat itu. Karya ini digelar setelah tuntasnya pemugaran seluruh palinggih di pura itu.
Ida Made Alit menjelaskan, pada zaman Gubernur Bali, Dewa Made Beratha, memang dimulai pemugaran palinggih, namun belum tuntas. Setelah lama tak ada kelanjutan pemugaran, Pemda Karangasem pada 2017 mulai menuntaskan palinggih itu.
Dikatakan, hal ini berdasarkan berbagai petunjuk dan ada juga menerima pawisik. Tahun ini dengan puncaknya pada purnama kapat digelar karya melaspas dan rangkaian karya agung.
Alit yang mantan anggota DPRD Bali itu menambahkan, usai puncak karya pada purnamaning kapat, Senin (24/9), Ida Batara Kaaturan malinggih, nyejer selama satu bulan lebih tujuh hari atau selama 42 hari di Balai Pesamuan. Hal itu memberikan kesempatan lebih panjang umat Hindu ngaturang penganyar atau ngaturang sembah bakti. “Karya agung ini baru dilakukan panyineban (penutupan) pada 5 November 2018,” jelasnya.
Sekretaris karya, I Putu Arnawa menambahkan, sejumlah keistimewaan karya agung yang baru pertamakali ini, selain jumlah pengiring dan pamundut pralingga Ida Batara hampir mencapai 20 ribu, juga sepanjang jalan digelar kain putih sebagai ‘’lantaran’ atau alas perjalanan yang dilalui Ida Batara. Dari Pura Penataran Agung di Nangka itu sampai ke Pantai Jasri diperkirakan sejauh 20 kilometer.
Perjalanan pamundut dari kalangan krama pengayah Desa Pakraman Nangka dilakukan dengan berjalan kaki. Seluruh pegawai Pemkab Karangasem serta pelajar pun turut ngaturang bakti serta ngiring melasti.
Guna memperlancar lalu lintas, sopir truk galian C libur sehari, terutama yang akan melintasi jalur utama pamelastian. Yakni truk galian C dari galian wilayah Kecamatan Bebandem seperti Butus, Bukit Pawon, Nangka dan Linggasana, serta dari Kecamatan Kubu.
Selain jalur jalan raya lalu lintasnya dialihkan, saat iring-iringan pralingga Ida Batara mulai tampak melintas atau mendekat, warga di pinggir jalan tidak ada yang berdiri. Namun, duduk dengan rapi dan mencakupkan kedua tangan tanda bakti.
Arnawa yang juga Kepala Dinas Kebudayaan Pemkab Karangasem itu mengungkapkan, banyak juga krama yang pada prosesi melasti ngaturang bakti, baik berupa minuman atau pun buah-buahan. Ditujukan kepada ribuan pangiring.
Iring-iringan pemedek melasti hingga ke Pantai Jasri disambut juga dengan Tarian Rejang Giri Kusuma secara massal di pinggir pantai. Ida Batara tedun melasti lan Caru Labuh Gentuh Wisuda Bumi di Pantai Jasri dipuput Ida Pedanda Gede Pasuruan dan Ida Pedanda Gde Jelantik Karang. Dilanjutkan dengan upacara Mendak Agung di Jaba Pura Penataran Agung setelah rauh dari segara dipuput Ida Pedanda Gede Sogata dan Ida Pedanda Gede Putu Ngenjung.
Panitia yang mengkoordinasi lalu lintas Ida Bagus Putu Suwastika yang juga Kadishub Karangasem menyampaikan, saat pulang, pamundut dan pangiring pralingga Ida Batara, naik kendaraan. Sekitar 350 truk disiapkan untuk angkutan para pemedek.
Bupati Mas Sumatri didampingi Wabup Artha Dipa dan Sekda Kab. Karangasem Adnya Mulyadi, usai prosesi mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Karangasem yang sangat antusias ngaturang ngayah. Baik yang ikut ngiring melasti, ngaturang yasa dan menyukseskan semua rangkaian prosesi melasti ini.
Ia mengajak seluruh masyarakat bersama-sama memohon agar melalui prosesi ini, jagat Bali, khususnya Kabupaten Karangasem damai dan terhindar dari bencana. (kmb/balipost)