TABANAN, BALIPOST.com – Desa Pakraman Bedha, Kecamatan Tabanan kembali menggelar yadnya massal untuk ketiga kalinya pada Minggu (16/9) lalu. Karya tersebut diikuti 399 peserta yakni upacara ngelanus dan memukur (92 peserta), upacara ngelungah (167 peserta), upacara memukur (8 peserta), upacara metatah (97 peserta) dan upacara nyambutin (35 peserta).
Menariknya, dalam yadnya massal kali ini pengusungan bade tidak lagi menggunakan tenaga manusia melainkan menggunakan kendaraan jenis mobil yang telah dimodifikasi. Pemanfaatan sarana angkutan tersebut lantaran jarak antara desa dan setra cukup yang cukup jauh yakni 5 km atau berlokasi di dekat pantai Pangkung Tibah, kecamatan Kediri.
Arak-arakan bade dimulai dari wantilan bedha atau pusat lokasi digelarnya rangkaian yadnya massal, hingga setra. Bahkan sejumlah krama atau peserta yadnya massal juga disiapkan armada truk oleh panitia sebanyak 9 unit.
Ribuan warga pun mengiringi prosesi sakral tersebut.
Bendesa Pakraman Bedha, Nyoman Suratha didampingi Kepala LPD Desa Pekraman Bedha, I Made Sunartha menjelaskan jarak pusat dilaksanakan yadnya massal (wantilan desa) menuju setra yang mencapai 5 km adalah alasan warga menyepakati penggunaan sarana transportasi tersebut. Sebab jika bade diusung manual, akan membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit.
Penggunaan mobil bertujuan memudahkan pelaksanaan karya. Meski demikian ditegaskan, hal ini tidak mengurangi esensi karya. Bahkan lebih praktis dibanding membutuhkan tenaga karena jarak yang cukup jauh.
“Kalau lokasi setra dekat seperti dua tahun lalu bade diarak bersama. Tetapi kali ini lokasi setra desa pekraman sudah jauh kasihan peserta kalau terlalu lama. Namun prosesi upacara sama tidak ada yang berbeda dengan prosesi ngaben pada umumnya, baik itu melaspas wadah upakara juga sama, perlengkapan wadah juga sama,” terangnya.
Dalam yadnya massal yang digelar tahun ini, setidaknya ada empat bade yang diarak. Dan di masing-masing bade disiapkan seorang pecalang yang bertugas menjaga saat melintasi kabel di sepanjang jalan.
Tampak pula krama bersemangat selama perjalanan ke setra. “Untuk bade dan kendaraan ini memang kami pesan sepaket dari pembuat bade, jadi kendaraan ini sifatnya sewa, per unit dikenakan 600 ribu,” ucapnya.
Sementara itu Manggala Karya, Gusti Nyoman Wirata mengatakan persiapan untuk pelaksanaan yadnya massal ini telah digelar dua bulan sebelumnya. Dan ditegaskannya rangkaian Yadnya sudah sesuai dengan sastra tanpa mengganggu dresta yang ada, dan memang tiap tahunnya antusiasme peserta terus meningkat.
Meskipun Yadnya digelar secara masal dengan tingkatan Toya Prenawa, namun ia meyakinkan gema ritualnya memiliki makna yang dalam. Hal ini dibuktikan dengan digelarnya berbagai kesenian yang biasanya melengkapi upacara seperti Gambang, Angklung, Baris Dapdap dan sebagainya. (Puspawati/balipost)