DENPASAR, BALIPOST.com – Rencana PT Bali Turtle Island Development (BTID) membuka mulut kanal di pantai utara yang sempat tertunda, akhirnya bisa terealisasi, Selasa (18/9). Pembukaan mulut kanal sepanjang 37 meter ini dilakukan BTID dengan menggunakan dua alat berat.
BTID memerlukan waktu yang cukup lama. Karena sejumlah warga, terutama nelayan setempat menolak pembukaan kanal dimaksud. Namun, setelah beberapa kali melakukan pertemuan, akhirnya warga sepakat untuk menerima pembukaan kanal tersebut. Hanya, sejumlah warga tetap menyayangkan kegiatan ini dilakukan sebelum ada kesepakatan perjanjian yang diminta warga.
Puluhan polisi pun tetap berjaga-jaga di lokasi. “Kami sayangkan kegiatan ini (pembukaan kanal, red) dilakukan sebelum ada kesepakatan,” ujar Bendesa Adat Serangan, Made Sedana didampingi tokoh masyarakat setempat, Wayan Loka, Nyoman Patut dan Lurah Serangan Wayan Karma.
Nyoman Patut mengatakan, pada intinya masyarakat Serangan sangat mendukung adanya pembangunan di desanya. Termasuk pembangunan yang dilakukan PT BTID. Hanya, dalam hal pembukaan kanal ini, pihaknya meminta kepada BTID agar ada akses jalan menuju pantai.
Selain itu, akses jalan berupa jembatan ini diperlukan untuk kegiatan upacara memintar yang dilakukan setiap bulan Desember setiap tahun. “Ini kesepakatan yang sudah keluar pada paruman warga belum lama ini. Jadi hanya ini yang diperlukan warga,” katanya.
Untuk meminta kejelasan dari pihak BTID, akhirnya mereka bertemu dengan General Manajer Island Management PT BTID I Made Sumantra di lokasi upacara ngeruak. Di hadapan Sumantra, Bendesa Serangan Made Sedana mengungkapkan, warga berharap akses menuju pantai tetap ada, dengan membangun jembatan.
Karena opsi pertama yang diinginkan warga, yakni membelokan jalur kanal, tidak memungkinkan. “Kami hanya perlu kepastian agar jembatan itu bisa dibangun. Ini untuk kepentingan upacara memintar dan masyarakat umum untuk bisa ke pantai,” ujar Sedana yang juga didampingi Wakil Ketua DPRD Denpasar I Wayan Mariyana Wandhira.
Terhadap tuntutan itu, Made Sumantra memastikan pihaknya akan membangun akses jalan berupa jembatan. Bahkan, kalau BTID tidak membuat jembatan itu, dirinya yang akan pertama memarahinya. “Kita akan bangun jembatan itu,” ujar mantan Kasdam IX Udayana ini.
Sementara itu, Lurah Serangan I Wayan Karma mengatakan, warganya yang terdiri dari tujuh banjar, sekitar 75 persen berprofesi sebagai nelayan. Karena itu, pantai menjadi sangat penting bagi warganya.
Pihaknya berharap kepada BTID akses ke pantai masih tetap dibuka. “Warga kami sebagian besar menjadi nelayan. Karena itu, mereka perlu pantai,” ujarnya. (Asmara Putera/balipost)