menulis
Siswa SD sedang belajar di kelas. (BP/dok)

Dunia pendidikan memerlukan terobosan dari berbagai sisi. Tak hanya dalam sistem perekrutan siswa baru dan model pembelajaran, juga dari komponen pembelajaran termasuk sarananya. Sebagai pembentuk karakter dan mentalitas profesi generasi bangsa inovasi harus menjadi identitas pembelajaran.

Inovasi mestinya dijabarkan dalam bentuk-bentuk nyata. Pembelajaran mestinya tak hanya berorientasi membuat anak dari tak tahu menjadi tahu. Atau hanya menjadikan anak sebagai objek pembelajaran. Lebih dari itu, dunia pendidikan harus menjadi ruang edukasi menuju keseimbangan pertumbuhan kognitif dan behavior siswa.

Dalam konteks pembelajaran kini penting juga diperhatikan inovasi dari para guru. Sebagai yang dominan menentukan kualitas pembelajaran, guru tentu harus terus meningkatkan kualitas diri. Gerakan literasi untuk membudayakan gemar membaca mestinya juga dilakukan guru. Para guru harus rajin membaca dan melakukan olah kreasi metode pembelajaran. Dengan membaca guru akan dapat inspirasi dan pengayaan diri.

Baca juga:  HUT ke-19, Bali TV Terus Jaga Keajegan Adat dan Budaya

Setidaknya penting juga bagi para guru adaptif terhadap perkembangan teknologi dan dunia pendidikan. Guru mestinya terus meningkatkan kemampuan diri. Yang juga penting dikembangkan adalah kemampuan untuk membuat materi ajar yang disampaikan kepada siswa nudah dipahami. Ini perlu kemauan diri untuk berbenah.

Metode membuat anak senang mengikuti pelajaran mestinya terus dikembangkan. Ini tentu nenjadi tantangan bagi para guru yang mata pelajarannya sering dianggap momok oleh siswa. Tentu kita juga sepakat jika alat peraga lebih dekat dengan dunia anak. Desain alat peraga mestinya mengundang daya tarik. Penting juga didesain suasana pembelajaran yang tak kaku dan satu arah. Suasana pembelajaran mestinya dinamis.

Baca juga:  Dua Siswa SMP di Klungkung Raih Medali Dalam Kompetisi Sains Nasional

Kembali pada komponen pendidikan, maka lingkungan sekolah juga harus memberi dukungan yang kondusif. Belakangan ini, ada banyak situasi yang membuat sekolah takut berinovasi. Ruang protes dan kritik yang terbuka membuat sekolah ragu-ragu mengambil terobosan. Masalahnya sering kali terobosan itu berimplikasi pada anggaran dan waktu pembelajaran. Pesan politis yang sering menyebutkan pendidikan gratis telah membuat banyak pihak protes jika dikenai sumbangan untuk kegiatan yang muaranya untuk peningkatan mutu pembelajaran.

Baca juga:  Soal Puluhan KK "Kasepekang" dari Tri Eka Buana Ingin Pindah ke Klungkung, Bupati Suwirta Angkat Bicara

Tak hanya itu, banyak juga peraturan pemerintah yang membatasi ruang kreasi guru dan sekolah. Para guru termasuk kepala sekolah juga ketakutan melakukan inovasi karena takut terseret masalah hukum. Ke depan, perumusan aturan pengelolaan pendidikan mestinya juga mengakomodasi kepentingan inovasi pembelajaran. Aspirasi guru layak didengar untuk menyempurnakan sistem pendidikan kita.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *