DENPASAR, BALIPOST.com – Bali sebagai destinasi pariwisata mempunyai potensi besar bagi pelaku wirausaha laundry. Sebab, umumnya wisatawan asal mancanegara sudah terbiasa mencuci sendiri. Mereka pun rata-rata lama tinggalnya di atas 3 hari sehingga perlu mencuci pakaian karena tidak membawa dalam jumlah yang banyak.
Menurut Direktur PT. Triton Internasional, Rizal Matulatan, bisnis laundry digital yang self-service di Bali lebih potensial. Namun, dalam membuka usaha laundry jenis ini, mesin yang disediakan minimal 4 pasang, yakni mesin cuci dan pengering. “Karena jika membeli mesin sedikit, balik modalnya tidak maksimal. Sebab, saat pelanggan ingin mencuci dan ternyata harus antre, mereka akan beralih ke tempat lain yang artinya kehilangan potensi bagi pengusaha,” sebutnya.
Ia mengutarakan orang Bali tidak melihat bisnis ini dengan baik. Padahal, jika dikerjakan dengan serius, bisnis ini sangat prospektif. “Bali merupakan destinasi wisata sehingga laundry self service di Bali sasaran konsumennya adalah wisatawan mancanegara yang sudah familiar dengan layanan cuci seperti ini,” sebutnya.
Untuk Bali, selain kawasan wisata, seperti Kuta dan Nusa Dua, hotel-hotel juga merupakan lokasi potensial untuk disasar. Polanya bisa bagi hasil dengan pihak hotel maupun sewa lokasi. “Kalau di Bali, pola bagi hasil lebih baik diterapkan karena sewa tempat cukup mahal,” katanya.
Ia mengaku Netto Laundromart yang merupakan kerjasama dengan LG Electronics Indonesia sudah membuka usaha di 8 daerah, yakni Jakarta, Bandung, Bali, Makassar, Medan, Surabaya, Yogyakarta, dan Kendari. Telah ada 1.000 unit mesin yang terpasang dengan hampir 50 persennya merupakan mesin self service. “Kami membuka kesempatan bagi para pelaku usaha laundry untuk berinvestasi melalui franchise. Investasinya mulai Rp 99 jutaan,” ujarnya. (Diah Dewi/balipost)
