DENPASAR, BALIPOST.com – Lontar yang usianya puluhan bahkan ratusan tahun banyak dijumpai di Bali dan memiliki sejarah, filsafat, agama, pengobatan, sastra dan ilmu pengetahuan lainnya. Saat ini isi dari lontar tersebut mulai dibedah, diantaranya mahasiswa dan dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unud yang sedang membedah ilmu pengobatan yang tercatat dalam lontar.
“Sumber ilmu pengetahuan kan ada di lontar. Pusat kajian lontar kami punya, dari lontar itulah kami kembangkan menjadi produk-produk inovasi,” kata Dekan FIB Unud, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A., Jumat (21/9) lalu.
Salah satu contoh inovasi yang telah dilakukan, kata Prof. Sutjiati, sudah meluncurkan Kamus Tanaman Obat. Dari isi lontar tersebut dijelaskan secara ilmiah atau diilmiahkan. “Katakanlah seseorang yang hamil, agar anaknya tidak cacat, lahir dengan normal, ada obat atau ramuannya. Kita juga kombinasikan dengan medis,” ungkapnya.
Oleh karena itu bisa dikolaborasikan yang dijelaskan di lontar, lalu dicek atau diteliti kandungannya secara ilmiah. “Misal pohon dadap, di lontar disampaikan bisa digunakan mengobati perut kembung karena masuk angin, kita uji di lab analitik untuk mencari kandungannya. Begitu juga manfaat daun kelor dan sebagainya,” tegas Sutjiati.
Selanjutnya resep obat herbal tersebut lalu dibuatkan produk dalam bentuk jamu atau lainnya. “Memang arahnya ke obat herbal. Kami berencana supaya mendapat hak cipta. Sebenarnya ada ratusan lontar yang belum dibedah dan akan kami upayakan terus,” ujarnya.(Kerta Negara/balipost)