TABANAN, BALIPOST.com – Video seorang pelatih menampar dua orang siswi viral di media sosial. Setelah ditelisik, insiden tersebut terjadi di salah satu SMP negeri di Tabanan.
Dikonfirmasi Senin (24/9), Kepala SMPN 1 Kediri, Sagung Raka Suartini, S.Pd, M.Pd didampingi Wakasek Kesiswaan Gusti Putu Sukawirya membenarkan jika kejadian tersebut terjadi di salah satu ruang kelas SMPN 1 Kediri. Hanya saja mereka mengatakan tindakan tersebut tidak sesuai dengan opini negatif yang beredar di masyarakat.
Pasalnya, aksi tersebut sudah menjadi kesepakatan antara pelatih dan siswa peserta LKBB dalam pelatihan selama sebulan tidak menunjukkan kemajuan untuk bisa mempertahankan dua kali raihan juara satu di tingkat kabupaten, jelang lomba yang akan digelar bulan Oktober mendatang. “Saya juga sempat kaget, dan langsung menanyakan kepada pelatih serta siswa peserta LKBB, dan mereka semuanya mengatakan apa yang menjadi opini negatif masyarakat itu tidak benar,” ucapnya.
Dijelaskannya, kasus ini terjadi Sabtu (22/9) usai 25 siswa peserta LKBB dari SMPN 1 Kediri mengikuti latihan lanjut diberikan evaluasi dan briefing hasil pelatihan selama ini. Dalam briefing tersebut ada kesepakatan antara pelatih dan siswa terkait ganjaran yang harus dipilih karena selama sebulan latihan tidak mencapai target yakni push up sebanyak 100 kali atau ditampar.
Akhirnya semuanya sepakat memilih untuk ditampar. Ganjaran ini dilakukan untuk lebih memotivasi dan menguatkan mental peserta. “Itupun menurut informasi tidak satu atau dua siswa melainkan semua siswa peserta LKBB secara bergiliran, bahkan mereka mengaku tidak sakit sama sekali, dan latihan yang cukup maksimal inipun sudah diketahui oleh para orang tua murid sebelumnya,” terangnya.
Sagung Raka Suartini juga mengatakan pelatih LKBB ini adalah mantan anggota paskibraka yang sudah lima tahun diajak kerjasama untuk melatih regenerasi LKBB di SMPN 1 Kediri. Dan selama ini kesan antara pelatih dan peserta LKBB sudah layaknya adik kakak.
Terkait kasus ini, dirinya mengatakan akan tetap menggalang koridor pendidikan apalagi yang mengacu pada kedisiplinan. “Kadang yang melihat foto dan kenyataan berbeda. Dalam konteks pendidikan disiplin saya mentolerasi selama masih dalam batas wajar,” tegasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan, I Gede Susila menyayangkan aksi tersebut, terlepas dari kesepakatan yang telah dibuat di internal mereka. Kalaupun harus ada pemberian sanksi, paling tidak menggunakan cara lain bukan dalam bentuk fisik. “Kekerasan dengan ringan tangan tentu saja tidak boleh, ada cara lain untuk sangsi jika ditujukan untuk memperkuat mental bisa dengan push up atau cara-cara yang lain,” ucapnya.
Terkait kejadian ini, pihaknya juga telah menyarankan kepala sekolah agar ke depan dalam melatih harus menggunakan cara-cara yang berkarakter untuk membina, “Dan untuk hal ini agar diselesaikan dengan baik,” sarannya. (Puspawati/balipost)