Petani Kopi Pupuan saat menjemur kopinya. Tahun ini Tabanan akan kembali mengeskpor Kopi sebanyak satu kontainer. (BP/san)

TABANAN, BALIPOST.com- Setelah sempat mengekspor kopi tahun 2016 sebanyak dua kontainer, tahun 2018 ini Tabanan akan kembali mengekspor kopi. Tujuan negaranya masih sama yaitu Korea Selatan. Rencananya yang diekspor sebanyak satu kontainer atau sekitar 18 ton yang disesuaikan dengan kemampuan petani untuk memenuhi kouta saat ini.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian, Dewa Ketut Budidana Susila, Selasa (25/9) mengatakan keputusan untuk mengeskpor kembali ini karena adanya permintaan dari ekportir. ‘’Dari hasil penjajakan, pelaku ekspor setuju untuk mengambil kopi pupuan untuk di ekspor ke Korea,’’ ujarnya.

Baca juga:  Puluhan Hektar Tanaman Petani Diserang Hama Gayas

Untuk mengkoordinir pemenuhan kouta sebanyak satu kontainer ini, menurut Budidana Susila, yang diambil jenis Kopi Robusta Pupuan yang dikembangkan di 30 subak abian di Pupuan. Lewat Ketua MPIG ini nantinya akan mengumpulkan kopi dengan kualitas sesuai permintaan eksportir.

Sebelumnya, ekspor kopi sempat vakum di tahun 2017. Meski tahun tersebut ada permintaan tetapi hasil panen di tahun 2017 tidak terlalu berhasil atau hanya 50 persen dikarenakan cuaca yang buruk, menyebabkan petani tidak mampu memenuhi kouta yang diberikan ekportir.

Baca juga:  Rusak Parah, Dewan Desak Segera Pindahkan Pustu Desa Sakti

Meski tahun 2018 hasil kopi memuaskan atau sekitar 90 persen karena cuaca mendukung, namun kouta yang terpenuhi untuk ekspor masih tidak sesuai dengan permintaan. Hal ini dikarenakan kopi masih banyak terserap ke pengepul. Karenanya Budidana berharap di tahun 2019 mendatang, MPIG bisa berfungsi maksimal sehingga penjualan kopi di Pupuan berlangsung secara satu pintu.

Untuk harga beli kopi yang akan diekspor, eksportir menetapkan harga Rp 32.500 per kilogram. Kata Budidana Susila saat ini harga kopi dunia sedang murah. Namun, harga yang ditawarkan ke petani juga tidak merugikan. Sebab untuk harga domestik, kopi petik merah kering dihargai Rp 28.000 perkilogram sementara untuk petik campuran keirng Rp 24.000 perkilogram. (wira sanjiwani/balipost)

Baca juga:  Terus Diguyur Hujan, Petani Cabai Gagal Panen
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *