DENPASAR, BALIPOST.com- RSUP Sanglah berhasil melakukan operasi Severe Adolescent Idiopathic Scoliosis dengan tingkat kebengkokan di atas 80 derajat (hampir menyerupai huruf S). Luh Putu Feby Sriandari (22), pasien severe adolescent idiopathic scoliosis menuturkan, ia mulai merasakan gejala kelainan pada tulangnya saat usia 14 tahun.
Ia merasakan nyeri dan kesemutan pada punggungnya. Setelah melakukan pemeriksaan, ternyata ia mengalami skoliosis dengan kebengkokan 40 derajat.
Setelah dilakukan pemeriksaan kembali di saat usianya 17 tahun, derajat bengkoknya telah mencapai 70. Kondisi itu ia biarkan.
Sempat ia meminta operasi pada dokter tapi dokter menolak dengan alasan risiko tinggi karena banyak saraf pusat di daerah tersebut. Hingga akhirnya pada usia 22 tahun, ia memutuskan operasi apapun risikonya. Padahal derajat bengkoknya sudah mencapai 110.
Saat mengalami kelainan tulang itu, selain rasa nyeri dan kesemutan, ia juga kerap mengalami sesak nafas. Karena tulang yang bengkok menghimpit paru-parunya.
Ia tidak tahu pasti apa penyebab skoliosisnya. Sementara dari orang tuanya tidak mengalami kelainan tulang seperti itu.
“Untuk kasus skoliosis yang derajat berat begini baru pertama di Bali dilakukan. Operasi berjalan sukses dan saat ini pasien masih menjalani perawatan rawat inap di RSUP Sanglah,” kata dr. I Gusti Lanang Artha Wiguna, Sp.OT (K) Dokter Spesialis Orthopedi Konsultan Spine yang menangani pasien tersebut.
Di Indonesia baru dua rumah sakit yang sanggup melakukan yaitu RSCM dan RSUP Fatmawati Jakarta. “Jadi RSUP sanglah merupakan RS ketiga yang sanggup melakukan operasi sulit seperti ini,” ungkapnya.
Bengkok tulang belakang yang dialami pasien menekan paru sebelah kanan sehingga itu sebabnya pasien mengalami sesak nafas. Persiapan penanganan dilakukan selama 3 bulan.
Pada awalnya dilakukan peregangan otot lalu dilakukan operasi tahap I yaitu membelah bagian depan tubuhnya. Setelah operasi tahap I pasien dirawat selama 2 minggu.
Selanjutnya dilakukan operasi tahap kedua yaitu dari belakang. Tim dokter melakukan pemasangan implan di tubuh pasien untuk meluruskan tulang yang bengkok. (Citta Maya/balipost)