SINGARAJA, BALIPOST.com – Muara sungai di kawasan Pantai Binaria, sering memicu pencemaran lingkungan di kawasan wisata Lovina. Pasalnya, di muara sungai ini dipenuhi sampah yang dihayutkan dari daerah hulu. Tumpukan sampah itu menyebarkan bau tidak sedap, sehingga menganggu kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke Lovina.
Atas masalah itu, Jumat (28/9), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng menormalisasi dan membersihkan sampah yang menyumbat muara sungai tersebut. Langkah jangka pendek ini dilakukan dalam merealsiasikan program “Jumat Bersih” yang diikuti para Aparatur Sipil Negara (ASN) di Buleleng perangkat desa, pelaku wisata, dan pelajar.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng Putu Ariyadi Pribadi mengatakan, pencemaran lingkungan di muara sungai ini merupakan masalah lama yang belum tertangani dengan permanen. Sampah ini menumpuk karena masih adanya prilaku tidak baik dari masyarakat atau pelaku wisata dan restoran yang sering menjadikan alur sungai membuang sampah atau limbah cair.
Kondisi ini ditambah parah ketika hujan. Dimana volume air besar dari arah selatan menghayutkan sampah kiriman. Tambahan volume sampah semakin banyak kemudian meluber di sekitar bibir pantai. Kalau situasi ini tidak ditangani dengan serius pencemaran lingkungan dikhawatirkan akan bertambah parah. Sekarang saja, kerap menyebar aroma tidak sedap akibat pembusukan sampah dan bercampur aliran limbah cair dasri pengusaha hotel atau restoran di hulu muara sungai.
Untuk itu, DLH menjalankan program jangka pendek dengan menormalisasi muara sungai. Endepan sedimentasi dikeruk dan tumpukan smapah dibersihkan. Dari gerakan ini, DLH berhasil mengangkat sampah dari muara sungai itu lebih dasri 12 meter kubik. “Hari ini kita normalisasi dan bersihan sampah yang mengotori muara sungai ini. Sampah ini sejak lama menumpuk sehingga ada pembusukan dan ditambah limbar cair sehingga lingkungan di sekitar tempat ini tercemar. Kita bersihkan dulu untuk program jangka pendek,” katanya.
Sedangkan program jangka panjang, lanjut mantan Camat Gerokgak ini, DLH bersama pelaku wisata, aparat Desa Kalibukbuk, Desa Pakraman, dan komponen masyarakat lain ke depan akan duduk bersama mencari jalan keluar agar muara sungai tidak menjadi tepat membuang sampah atau limbah cair.
Sementara, kalau mengandalkan petugas kebersihan Pantai Lovina diyakini tidak bisa maksimal. Sebab, peronel kebersihan pantai yang dikerahkan setiap hari hanya 22 orang untuk delapan lokasi pantai Dari Banyuasri hingga Desa Kaliasem. Waktu kerja yang singat yakni dasri 06.00 hingga pupul 10.00 wita, sehingga ini masih kurang dan sarana dan prasarananya belum memadai. Untuk itu, komitmen semua pihak di daerah perlu dibangun dalam menjaga kebersihan terhindar dampak pencemaran. “Setelah ini saya akan undang pelaku pwariwisata lewat Persatuan Hotel Restoran Indonesia (PHRI), aparat desa, prajuru desa pakraman, dan komponen lain. Lewat cara ini kita ingin mencari komitmen bersama untuk mengatasi pencemaran di muara sungai itu dengan permanen, sehigga wisatawan yang berkunjung tidak mengeluh karena lingkungan yang tidak nyaman,” jelasnya. (mudiarta/balipost)