Ratusan perserta mengikuti Buleleng Mekorot Festival di lapangan Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar Jumat (29/9). (BP/mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Permainan layang-layang di Buleleng berbeda dengan di daerah lain di Bali. Perbedaanya adalah ukuran layang-layang tergolong mini yakni 21 kali 24 centimeter.

Selain itu, layang-layang di Gumi Den Bukit dimainkan dengan mengadu layang-layang atau lazim dikenal dengan istilah mekorot. Tidak ingin permainan warisan leluhur ini punah akibat pengaruh permainan modern, mekorot dikemas dalam gelaran Buleleng Mekorot Festival yang dirangkaian dengan Lovina Festival (Lovfest) Tahun 2018 di lapangan Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar Jumat (28/9).

Buleleng Mekorot Festival dihelat mulai Jumat dan berakhir Sabtu (29/9). Tercatat 120 peserta mengikuti festival kali ini. Ratusan pecinta permainan mekorot tidak saja dari Buleleng, tetapi ada peserta dari Kabupaten Karangasem ambil bagian dalam festival tahun ini.

Baca juga:  Desa Adat Diminta Awasi Zona Larangan Bermain Layang-layang

Panitia Buleleng Mekorot Festival Kadek Nova Wiguna mengatakan, festival ini digulirkan tidak saja untuk hiburan, tetapi gelaran ini dijadikan media dan edukasi kepada anak-anak dan generasi muda untuk mengenal permainan tradisional di tengah perkembangan permainan moderen belakangan ini. Misi besar lain adalah bagaimana permainan mekorot tetap lestari dan menjadi pendukung dalam atraksi wisata di Bali Utara.

“Saya kira setiap masa kecil kita kenal dengan mekorot, sehingga permainan warisan leleuhur ini harus dilestarikan, sehingga festival ini kita gulirkan untuk mengedukasi dan misi besarnya adalah permainan ini dikenal dan tetap lestari,” katanya.

Menurut Wiguna, pelestarian permainan mekorot penting dilakukan karena fakta menunjukan permainan layang-layang asli Buleleng tidak sama dengan di Bali selatan. Ini terlihat dari ukuran layang-layang kecil dan cara memainkannya adalah mengadu layang-layang di udara. Setiap layang-layang yang bertahan di atas langit itulah menjadi pemenangnya.

Baca juga:  Pasutri di Tejakula Lahirkan Bayi Tanpa Tempurung Kepala

Dengan karekteristik ini, permainan mekorot Buleleng harus memiliki keahlian dalam menaikan layang-layang dan strategi mengadu dengan menggunakan benag gelasan. Berbeda denan permainan layang-layang di Bali Selatan di mana mempertontonkan keindahan layang-layang beragam bentuk dan berukuran besar. “Mekorot ini ciri khas  Buleleng. Sekarang juga sudah tercipta Tarian Mekorot, sehingga ini bagus untuk menambah khazanah kesenian di Buleleng yang bisa menambah atraksi wisata di daerah kita,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan festival mekorot ini merupakan salah satu kreatifitas seni dan budaya asli Bali Utara. Pihaknya mendukung agar pelestasrian permainan tradisional melalui festival, sehingga dampak kedepannya adalah bisa dipertuntonkan di hadapan wisatawan.

Baca juga:  Lomba Layang-layang Memukau Wisatawan di Pantai Padanggalak Bali

Untuk itu, dalam gelaran berikutnya, Sutrisna mengusulkan agar mekorot dipusatkan dii kawasan Wisata Lovina, sehingga wisatawan bisa mencoba menerbangkan layang-layang sekaligus mencba untuk mengadu layang-layang di udara. Pengalaman langsung ini diyakini akan sangat dicari dan dengan sendirinya akan menggugah ketertarikan wisatawan datang ke Bali Utara. “Kita akan dorong agar permainan ini lestari dan lebih sering digelar dan berkelanjutan. Mungkin tahun depan lokasinya di Pantai Lovina, sehingga dinikmati oleh wisatawan,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *