MANGUPURA, BALIPOST.com – Lagu Indonesia Raya berkumandang dalam perayaan hari ulang tahun ke-69 Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Nusa Dua, Badung, Kamis (27/9) malam. Baru setelah itu dinyanyikan lagu kebangsaan negeri tirai bambu.
Hal ini rupanya memberikan semangat yang positif bagi Konsul Jenderal RRT di Denpasar, Gou Haodong. Menurutnya, persahabatan Indonesia-Tiongkok akan terus terjalin dari generasi ke generasi.
Gou Haodong mengatakan, perjalanan RRT selama 69 tahun terakhir tak selalu berjalan mulus. Negeri tirai bambu melakukan perubahan besar sejak 1949.
Salah satunya ditunjukkan melalui angka harapan hidup yang terus meningkat dari 45 tahun pada 1949 menjadi 61 tahun pada 1978 dan 76,7 tahun pada 2017. Tahun 1978 bisa dikatakan sebagai titik balik bagi Tiongkok.
“Pada tahun 1978, Tiongkok mulai menjalankan kebijakan pada era reformasi dan keterbukaan yaitu sosialisme yang berkarakteristik Tiongkok. Termasuk menarik investasi asing,” ujarnya.
Gou Haodong menambahkan, kreativitas dan produktivitas warga Tiongkok bangkit sehingga pertumbuhan ekonomi dua digit berlangsung selama hampir dua dekade. Kunci dari kemajuan Tiongkok hingga turut mempengaruhi perkembangan ekonomi dunia tidak lepas dari pembangunan yang disesuaikan dengan kondisi Tiongkok sendiri.
Penguasa di Tiongkok tidak takut untuk berbuat dan belajar dari kesalahan, serta mengambil pelajaran dari masa lalu. Kini, Tiongkok pun memetik hasil yang manis.
Jika dulu persentase penduduk miskin mencapai lebih dari 90 persen di tahun 1978, kini telah berhasil diturunkan menjadi dibawah 4 persen. Antara tahun 1948-1978, warga Tiongkok yang pergi ke luar negeri hanya 280 ribu dan hampir semuanya untuk urusan dinas.
Tapi di tahun 2017, jumlah warga Tiongkok yang berwisata ke luar negeri sudah mencapai 130 juta jiwa. “Sayang sekali hanya 1 persen diantaranya yang datang ke Bali. Kita harus melakukan sesuatu supaya Bali dapat bagian lebih banyak,” imbuhnya.
Gubernur Bali, Wayan Koster mengatakan, perayaan HUT Ke-69 RRT juga momentum untuk memantapkan hubungan persahabatan Indonesia-Tiongkok. Khususnya lagi hubungan persahabatan Tiongkok dengan Bali. Apalagi, hubungan persahabatan ini telah terjalin sejak abad ke-12 hingga terjadi akulturasi budaya. “Terbukti banyaknya peninggalan-peninggalan Bali yang dipengaruhi kebudayaan Tiongkok. Banyak tempat peribadatan saling berdampingan antara etnis Tiongkok dengan Bali, dengan benda-benda peninggalan Tiongkok seperti uang kepeng yang masih digunakan dalam prosesi budaya Bali yakni upacara agama Hindu,” paparnya.
Koster menambahkan, beberapa tarian Bali juga dipengaruhi oleh Tiongkok seperti tari baris, barong ket atau barong landung. Hubungan diplomatik Indonesia-Tiongkok juga sudah berlangsung lama dan terus berkembang semakin dalam.
Pihaknya berharap, kerjasama tidak hanya didasari sifat saling menguntungkan. Tapi juga saling berbagi nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan kebudayaan. “Sampai saat ini telah terbina hubungan sosial yang sangat harmonis sesuai filosofi menyama braya bahkan tidak pernah ada konflik di Bali,” jelasnya.
Saat ini, lanjut Koster, Bali tengah menjalin kerjasama dengan Provinsi Hainan, RRT yang difasilitasi Konjen Tiongkok di Denpasar. Utamanya kerjasama dalam bidang pembangunan.
Dari aspek pariwisata, wisatawan Tiongkok yang datang ke Bali diharapkan semakin meningkat dan lebih berkualitas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Pulau Dewata. “Ke depan, kami sangat berharap pemerintah Tiongkok mendukung kami untuk mempercepat pembangunan infrastruktur darat, laut dan udara di Bali. Dua hari lalu saya mendapat pemaparan dari BUMN terkenal di Tiongkok yang memaparkan keinginan untuk berinvestasi di Bali. Yaitu membangun jalan tol Denpasar-Gilimanuk dan jalan tol Soka-Singaraja,” imbuhnya seraya berharap Pemerintah Tiongkok dapat mendorong agar kerjasama ini menjadi nyata. (Rindra Devita/balipost)