DENPASAR, BALIPOST.com – Angka-angka indikator pembangunan di Bali selama ini selalu lebih baik dari rata-rata nasional. Diantaranya, tingkat kemiskinan Bali yang hanya 4,14 persen atau dibawah nasional 9,81 persen, pengangguran 0,86 persen dari 5,15 persen di tingkat nasional, indeks gini ratio 0,18 persen dibanding nasional yang mencapai 0,38 persen, dan IPM 73,4 persen atau lebih tinggi dari nasional 70,8 persen.
“Prestasi ini kan buah kerja gubernur terdahulu. Saya memang membaca data pembangunan ekonomi di Bali hampir semua indikator lebih baik dari rata-rata nasional,” ujar Gubernur Bali Wayan Koster disela-sela Rapat Koordinasi Pengelolaan Keuangan Daerah di Wiswasabha Utama Kantor Gubernur Bali, Senin (1/10).
Tak hanya indikator tersebut, lanjut Koster, pertumbuhan ekonomi Bali juga selalu melebihi rata-rata nasional. Seperti sekarang tumbuh 5,68 persen, dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional di angka 5,27 persen.
Sementara rata-rata pertumbuhan ekonomi Bali sebetulnya sudah selalu di atas 6 persen. Hanya di tahun 2017 turun ke angka 5,59 persen karena faktor erupsi Gunung Agung.
Pihaknya berharap kedepan tidak ada lagi peristiwa alam yang akan menganggu pertumbuhan ekonomi Bali. “Saya melihat celah potensi besar, masih bisa dipacu lagi. Target saya adalah pertumbuhan ekonomi di Bali itu minimal 7 persen dalam 5 tahun ke depan. Tentu tidak bisa buru-buru. Mesti disiapkan semua, konsepnya, strateginya, tatanannya, dan sebagainya,” jelasnya.
Koster melihat sektor pertanian memiliki potensi besar untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Bali. Saat ini memang kontribusi PDRB masih didominasi dari sektor pariwisata mencapai 65 persen.
Oleh karena itu, sektor pertanian yang kini kurang terurus akan lebih diseimbangkan dengan sektor pariwisata. Termasuk industri kerajinan rakyat juga akan didorong perkembangannya. Dengan demikian, rata-rata pertumbuhan ekonomi minimal 7 persen dapat tercapai. “Sekarang dengan adanya pertemuan IMF-World Bank, Bappenas sudah menghitung (pertumbuhan ekonomi Bali) 6,54 persen. Ini akan bergulir terus dampak dari IMF karena infrastruktur dibangun. Kemudian juga pusat-pusat pertumbuahn ekonomi akan muncul lagi. Jadi saya kira rata-rata 7 persen sampai di akhir periode saya ini mudah-mudahan bisa dicapai,” paparnya.
Tantangan berikutnya, lanjut Koster, menurunkan lagi indeks gini ratio agar ketimpangan semakin mengecil bahkan lebih adil dan merata. Itu sebabnya, agenda pembangunan yang selama ini didominasi Bali Selatan akan digeser dengan mengembangkan pusat-pusat ekonomi di Bali Utara, Timur, dan Barat.
Begitu juga mengurangi tingkat kemiskinan menjadi paling tidak 2 persen dalam 5 tahun ke depan. “Kemudian angka pengangguran yang sudah sangat bagus sekarang, yang menantang targetnya adalah kalau bisa menjadi 0 persen. Bahkan dibawah 0. Ini akan kami jalankan dengan sebaik-baiknya dengan agenda pembangunan yang memang sudah tertuang secara komprehensif di visi-misi sampai ke detail setiap sektor dan semua kabupaten/kota sesuai dengan potensinya,” tandasnya. (Rindra Devita/balipost)