NEGARA, BALIPOST.com – Aktivitas siswa di SDN 6 Pendem, Kecamatan Jembrana, Selasa (2/10) pagi mendadak terhenti. Para siswa dan guru dikejutkan munculnya suara dentuman keras di sekitar sekolah.
Setelah ditelusuri, ternyata tembok pagar di sisi utara sekolah ambruk. Untungnya tembok sepanjang 10 meter itu roboh di sisi luar sekolah sehingga tidak sampai menimpa bangunan sekolah.
Lantaran sebagian besar tembok dari batako itu hancur, sisa tembok yang masih berdiri nampak miring. Antisipasi tidak kembali roboh, pihak sekolah memasang bambu guna menyangga tembok.
Dari informasi yang dihimpun, kejadian sekitar pukul 06.25 Wita. Saat itu siswa sudah datang namun mereka kebetulan sedang kerja bakti.
Termasuk siswa kelas I dan II yang ruangannya berdampingan dengan pagar yang roboh. “Tadi pagi terdengar suara benturan keras seperti tebing runtuh, ternyata pagar di sebelah utara ambruk,” ujar salah seorang saksi.
Kejadian tembok pagar roboh di SD 6 Pendem ini merupakan yang kesekian kalinya. Bahkan di bagian belakang yang bersandingan dengan tebing sungai, kondisinya sudah miring.
Tanah lapang yang biasa digunakan untuk upacara dan badminton juga sudah mulai retak-retak bahkan amblas. Begitu juga bangunan kelas yang berada di sisi timur juga banyak retak.
Lantai kelas dari keramik bahkan terlihat pecah, lantaran tanah bergeser. Sebagian ruang kelas I itu terpaksa disekat dan oleh sekolah sementara dijadikan gudang. Sebab selain lantai pecah, pintu kelas juga ambruk.
Kepala SD Negeri 6 Pendem, Sukati dikonfirmasi membenarkan tembok pagar di sekolah ambruk. Sebelumnya tembok itu sudah miring dan nyaris roboh. Kondisi ini terjadi di hampir sekeliling tembok pagar sekolah khususnya yang dekat dengan tebing sungai.
Sekolah tahun 2017 lalu juga sudah mengajukan proposal baik ke Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Jembrana sebagai induk sekolah, maupun ke Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida. Proposal ke BWS itu terkait dengan senderan tebing sungai di belakang (timur) sekolah. “Sudah kami ajukan (proposal), tapi sumber penyebab karena tanah di sini. Mungkin tanah bergerak di tepi sungai, sehingga setiap bangunan retak. Karena itu kalau tidak ada senderan khawatirnya rusak lagi,” ujarnya.
Sebulan lalu tembok pagar di sisi selatan yang bersebelahan dengan rumah warga juga roboh. Namun lubang sudah ditambal oleh warga penyanding secara sukarela. Meski sudah ditambal namun kondisi pagar masih miring dan retak. Hal ini dipicu kondisi tanah yang mudah pecah. (Surya Dharma/balipost)