TABANAN, BALIPOST.com – Desa Antap berlokasi di Selemadeg Barat memiliki luasan 450 hektar. Sekitar 250 hektar adalah lahan sawah, permukiman 100 hektar, tegalan 95 hektar dan sisanya merupakan sarana dan prasarana umum.
Melihat besaran wilayah adalah lahan sawah, tidak mengherankan desa dengan jumlah penduduk 1850 jiwa ini, 80 persennya penduduknya berprofesi sebagai petani. Namun, kelestarian dan profesi petani di Desa Antap semakin terancam dengan semakin sedikitnya generasi muda tertarik pada pertanian. Untuk melestarikan kawasan pertanian ini, tahun 2018 Desa Antap mulai bergerak untuk menuju desa agrowisata.
Perbekel Antap, Wayan Widi Arta, Selasa (2/10) mengatakan dikembangkannya agrowisata di Desa Antap melihat adanya potensi yang dimiliki desa. ‘’Sebagian besar wilayah Desa Antap adalah lahan sawah. Dan keindahannya tidak kalah dengan Jatiluwih dimana bentuk sawahnya
kebanyakan terasering. Banyak juga wisatawan yang berhenti untuk sekedar melihat dan berfoto berlatar pemandangan sawah di Desa Antap,’’ ujarnya.
Hal utama mengapa desa agrowisata ini dikembangkan, sebutnya, karena menurunnya minat generasi muda desa Antap untuk terus bertani. Turunnya minat ini, karena pertanian dianggap tidak lagi menghasilkan.
Untuk mengubah pandangan ini sekaligus memberikan nilai lebih pada pertanian, maka desa Antap mulai berbenah menuju desa Agrowisata. “Pengembangan agrowisata di Desa Antap ini diharapkan untuk semakin menarik minat generasi muda untuk meneruskan pertanian, sehingga lahan sawah maupun profesi petani di Desa Antap akan bisa lestari,” ujar Widi.
Ia mengaku untuk menjadi desa agrowisata, bukanlah hal yang mudah dan memerlukan waktu lama. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyiapkan sarana dan prasarana dan mengubah mindset masyarakat. Karenanya di tahun 2018, Desa Antap menyiapkan pondasi menuju desa agrowisata dengan mengeluarkan SK Perbekel mengenai Desa Wisata Antap dan pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). “Kami tidak mengajukan menjadi desa wisata ke kabupaten atau provinsi karena harus siap dulu SDM di bawah. Jadi penetapan dari desa dulu dan dana swadaya dari masyarakat. Kalau sudah siap barulah kami usulkan ke kabupaten atau provinsi,” jelas Widi.
Pokdarwis yang dibentuk ini kemudian bertugas mencari daya tarik Desa Antap yang mendukung Agrowisata ini. Salah satunya yang sudah dilakukan adalah secara swadaya membuat lima titik swafoto yang instragamable.
Pokdarwis juga menemukan tiga air terjun berpemandangan indah yang belum terjamah. Adapun tiga air terjun itu adalah Air Terjun Pangkung Kutat, Air Terjun Pangkung Bluluk dan Air Terjun Singsing Bambangan.
Sementara pihak Desa membantu menyiapkan sarana prasarana seperti membuat layanan pemungutan sampah rutin gratis sehingga menciptakan desa Antap yang bersih dan tidak ada masyarakat yang buang sampah sembarangan. Juga membangun jalan tani dan jalan desa untuk memudahkan akses produk pertanian juga bisa sebagai jogging track dan sepeda.
Selain itu juga mengajak masyarakat untuk melindungi satwa-satwa liar seperti ayam hutan, landak, burung hantu sehingga trengguling. Widi melanjutkan konsep agrowisata ini sejak awal ditetapkan sebagai pariwisata yang melindungi kawasan pertanian.
Karenanya meski ada investor yang tertarik untuk membangun di Desa Antap tidak diperbolehkan mengambil kawasan lahan sawah. “Intinya agrowisata ini dibuat untuk meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat Desa Antap tanpa mengurangi kawasan lahan sawah yang ada tetapi justru mempertahankannya,” ujar Widi. (Wira Sanjiwani/balipost)