Ilustrasi PNS. (BP/dok)

Oleh Yenie Purnomoratih, S.E., M.Sc.

Data kependudukan dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kurang lebih sebesar 62,5 juta atau hampir sebesar 40 persen porsi tenaga kerja Indonesia adalah dalam kelompok millenials. “Dalam Meet the Millenials” (KPMG, 2017), millenials secara luas diklasifikasikan sebagai individu yang lahir setelah tahun 1980.

Sejalan dengan itu, Eureka Fact dari hasil reviu literaturnya dalam Millenial Work Engagement: An Un-Met Desire mengklasifikasikan millenials ebagai generasi setelah generasi X yang lahir dalam rentang tahun 1965-1981. Mereka biasa disebut dengan Y and Z generation, dan saat ini mereka berusia kurang dari 36 tahun.

Sebagaimana sebutannya, millenials lahir dan tumbuh dalam era yang segalanya berubah sangat cepat, terutama dalam hal pemanfaatan teknologi dan informasi digital. Hal tersebut membentuk mereka menjadi unik, berbeda dari generasi sebelumnya. Beberapa survei dan penelitian menyebutkan fakta bahwa kelompok generasi millenials memiliki beberapa karakteristik utama yang menonjol.

Baca juga:  Memberdayakan Emak-emak Melalui Literasi

Andrea et al. (2016) dalam Y and Z Generations At Workplaces menyajikan perbedaan antara karakteristik generasi Y dan Z. Dinyatakan bahwa kelompok generasi Y yang merupakan generasi yang “sadar” teknologi, multitasking, serta berpandangan bahwa sukses adalah hidup yang berkualitas yaitu antara pekerjaan dan relaksasi (work life balance). Dalam “Meet the Millenials” (KPMG, 2017) disebutkan bahwa World Wide Web telah lahir mengantarkan revolusi teknologi. Bersamaan dengan itu, lahir dan tumbuh kaum millenials yang “selalu terhubung”.

Karakteristik inilah yang kemudian banyak dihubungkan dengan munculnya karakteristik mereka yang lebih menyukai bekerja dalam tim. Fenomena yang paling memungkinkan memunculkan karakter ini adalah karena pemanfaatan teknologi permainan dalam jaringan (online game) yang dibuat dalam format tim (team player). Adapun kelompok generasi Z jika dibandingkan dengan generasi Y, diidentifikasikan lebih “lincah” dalam memanfaatkan teknologi IT, sehingga mereka lebih lincah dalam mengerjakan beberapa tugas sekaligus (better multi-taskers).

Baca juga:  Praktisi Perbankan Khawatirkan "Doom Spending" di Kalangan Gen Z dan Milenial

Namun kondisi tersebut secara tidak langsung membentuk mereka menjadi kurang sadar akan konsep perjuangan, lebih praktis ingin cepat selesai, cerdas namun kurang bijaksana, lebih gesit namun tidak sabar, dan lebih tidak fokus sehingga selalu mencari tantangan baru. Dengan karakteristiknya itu, mereka menjadi generasi yang mudah bosan. Hal ini juga disebutkan dalam e-book Panduan HR Mengelola Karyawan Millenials (Sleekr, 2017) dan dalam artikel “Meet the Millenials” (KPMG, 2017), bahwa millenials di dunia kerja erat dengan sapaan “kutu loncat” (Job Hopper).

Menghadapi perubahan tipikal kelompok pegawai tersebut diperlukan strategi tersendiri yang didasarkan dari pemahaman akan karakteristiknya.

Dalam struktur kepegawaian Aparatur Sipil Negara (ASN) komposisi tingkat pertumbuhan jumlah pegawai millenials memang tidak terjadi secara tiba-tiba dan signifikan. Hadirnya pegawai dalam kelompok millenials bersamaan dengan pegawai kelompok Baby Boomers yang memasuki batas usia pensiun dan juga bertambahnya seiring dengan memenuhi kebutuhan organisasi yang terus berkembang. Sebagaimana alaminya setiap kondisi, hal tersebut di satu sisi dapat dianggap sebagai window opportunity.

Baca juga:  Bukan Gerbong yang Bergerak ke Masa Lalu

Namun di sisi lain, tingginya jumlah tenaga kerja kelompok millenials tersebut juga mengandung banyak tantangan bagi suatu organisasi. Hal tersebut secara tidak langsung menuntut adanya pengembangan cara berpikir baru tentang cara penyampaian layanan suatu unit organisasi dan bahkan cara pengembangan atau penyesuaian proses bisnis organisasi.

Dalam konteks pengelolaan ASN, gerak cepat perubahan era digital tersebut menuntut untuk segera dilakukan pendekatan baru dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM). Pengelola SDM diharapkan dapat memberikan perhatian khusus atas hal-hal yang berkaitan dengan transformasi digital, karena hal ini akan memainkan peran penting dalam membentuk identitas organisasi yang berbasis digital.

Penulis, Kasubbag Kepegawaian Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bali, Kementerian Keuangan RI

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *