Spanduk ucapan selamat datang dalam beberapa bahasa bagi delegasi, peserta dan awak media yang hadir dalam Pertemuan Tahunan IMF-World Bank Group 2018 dipasang berjajar di salah satu sudut kawasan Nusa Dua, Bali, Senin (8/10). (BP/ant)

Sukses menjadi tuan rumah berbagai event bergengsi dunia, telah mempromosikan nama Bali ke seantero jagat. Berbagai gelaran internasional berskala besar pun diarahkan untuk diselenggarakan di pulau ini. Bali telah dipromosikan sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk melangsungkan pertemuan internasional.

Tahun 2007 silam misalnya, Bali sukses menggelar hajatan besar PBB. Salah satu badan PBB, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC) memilih Bali sebagai tempat konferensi mereka yang ke-13. Tak kurang 9.000 peserta dari 186 negara datang dan menginap dari tanggal 3 sampai 14 Desember 2007. Selain para delegasi, juga datang ke Bali sekitar 300 NGO (Non-Government Organisation/LSM) internasional dan diliput 300 media dunia.

Meski sempat diguncang bom yang dilakukan para teroris, hal itu tidaklah memudarkan nama Bali di mata internasional. Karena sebenarnya Bali memang menjadi korban. Bahkan, kejadian memilukan itu semakin mengharumkan nama Bali karena masyarakatnya memiliki rasa toleransi sangat tinggi.

Baca juga:  Mendukung IMF-WB

Tidak ada balas dendam dan diskriminasi dari masyarakat mayoritas (Hindu Bali) terhadap minoritas. Kejadian tersebut malah semakin menguatkan toleransi dan rasa persaudaraan masyarakat yang hidup di Pulau Dewata ini. Mereka sepakat untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pulau tempat mereka berada.

Upaya bersama menjaga dan mempertahankan nama baik Bali ini membuahkan hasil. Berbagai gelaran internasional berskala besar tetap memilih tempat di Bali. Meski harus diakui, ada pihak-pihak yang berbeda menyikapi pertemuan-pertemuan tersebut. Saat digelarnya koferensi perubahan iklim tahun 2007 misalnya, ada aktivis yang mendemo acara tersebut.

Bahkan, aktivis lingkungan paling disegani di dunia, Greenpeace juga datang ke Bali. Tak tanggung-tanggung, organisasi yang memiliki cabang di lebih dari 40 negara dengan anggotanya yang sangat militan itu membawa serta kapal kebanggaan mereka, Rainbow Warrior.

Baca juga:  Dikenal Jadi "Supermarket Bencana Alam," Indonesia Rancang Asuransi Risiko Bencana

Tapi toh pertemuan yang dihadiri Sekjen PBB kala itu, Ban Ki-Moon, tetap berlangsung aman dan nyaman. Pertemuan bahkan berhasil membuahkan Deklarasi Bali (Bali Roadmap) untuk dibawa ke pertemuan berikutnya di Kopenhagen, Denmark tahun 2009.

Kini, Bali kembali dipercaya menjadi tempat pertemuan negara-negara anggota International Monetary Fund (IMF)-Worl Bank (WB). Hajatan yang dihadiri sekitar 32.700 orang dan 15.000 delegasi dari 189 negara itu pun juga menuai protes dan dihiasi aksi demonstrasi dari para pihak yang mempunyai sikap, pandangan, dan kepentingan berbeda. Namun sekali lagi, semua harus ingat ini hajatan yang membawa nama Bali.

Ini hajatan yang mempertaruhkan nama Bali. Tentu kita berharap, pertemuan bergengsi ini berlangsung lancar, aman, dan damai seperti berbagai perhelatan besar internasional yang pernah diadakan di Bali.

Pertemuan IMF-WB ini tidak hanya mempertaruhkan nama Bali di mata internasional. Tetapi, juga nama baik bangsa dan negara Indonesia yang baru saja dinilai sukses menggelar ajang olah raga bergengsi Asian Games. Jika kepercayaan yang diberikan sekarang ini sampai ternoda, tidak hanya transaksi senilai triliunan rupiah yang dikhawatirkan tidak tercapai.

Baca juga:  Negara dengan Berbagai Potensi yang Melimpah

Tetapi, berbagai harapan pemerintah khususnya masyarakat yang hidup di Bali juga akan pupus. Harapan akan adanya investasi sebagai imbas lanjutan dari pertemuan ini juga akan sirna. Bahkan, nama baik Bali dan Indonesia juga akan ikut tercoreng. Promosi tentang Bali dan Indonesia sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk menyelenggarakan pertemuan pun akan menjadi bumerang.

Kegagalan pertemuan IMF-WB maupun pertemuan-pertemuan internasional lainnya di Bali khususnya dan di Indonesia umumnya, akan berbalik menjadi promosi hitam atau buruk. Hasil akhirnya, sudah pasti kita akan sangat sulit lagi mendapatkan kepercayaan internasional yang telah susah payah dibangun selama ini.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *