Suasana krama ngayah di Pura Agung Kentel Gumi, Kamis (11/10) berkaitan dengan Karya Ngusaba yang puncaknya 24 Oktober 2018. (BP/sos)

 

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pura Agung Kentel Gumi menjadi salah satu Triguna Pura atau Kahyangan Tiga Bali. Kamis (11/10), suasana di Pura yang berlokasi di Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung ini nampak berbeda.

Di areal madya mandala, puluhan perempuan tengah duduk di bawah tetaring. Bersimpuh, tangannya nampak cekatan memotong janur. Ada pula yang mempersiapkan perlengkapan lain, seperti bunga. Mereka tengah mempersiapkan sarana untuk Karya Ngusaba Jagat yang puncaknya, 24 Oktober 2018. Kaum laki-laki juga tak ingin ketinggalan. Turut mempersiapkan berbagai perlengkapan.

Baca juga:  Dari Bupati Badung Periode 1965-1975 Berpulang hingga Jerinx Dites Swab

Meski situasinya demikian, umat Hindu yang ingin melakukan persembahyangan tetap diperkenankan. Suasana tetap kusyuk, bersenandung dengan alunan gamelan.

Ketua Umum Panitia Karya, Dewa Made Tirta mengatakan persiapan upacara tahunan ini sudah berlangsung sejak 15 September lalu, diawali matur piuning dan mendirikan tetaring. Setelah itu, hingga sebelum hari puncak masih ada sederet prosesi yang dilaksanakan, seperti malasti dan mapepada. “Prosesi ini dilaksanakan krama pangempon yang mendapat giliran. Puncaknya 24 Oktober. Saat itu akan ada beberapa upacara yang berlangsung sebelum ngaturang bhakti,” jelasnya.

Baca juga:  Karya Pengusabhan Jagat Pura Kentel Gumi Masineb 23 November

Seperti pura besar lainnya, pada karya ini diisi nyejer sebelas hari. Upacara akan berakhir pada 4 November. Sejalan dengan itu, diharapkan krama Hindu, khususnya di Bali bisa menghaturkan bhakti, memohon keselamatan, baik untuk Bhuana Agung maupun Alit. “Kami berharap saat karya ini umat Hindu meluangkan waktu untuk tangkil,” katanya.

Dijelaskan pula, pura ini sebagai stana Ida Reka Bhuana yang diyakini memberikan kesejukan dan keteduhan jagat. Dari hal itu, dengan situasi belakangan ini yang kurang bersahabat, sangat tepat jika dijadikan momentum untuk memohon keselamatan. (sosiawan/balipost)

Baca juga:  ‘’Paneduh Jagat’’ dan Sikap Masyarakat

 

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *