MANGUPURA, BALIPOST.com – Produk dari UMKM binaan Bank Indonesia yang berkesempatan pameran di Ring 1, Taman Jepun, BNDCC merasakan berkah dari pertemuan IMF-WB 2018. Barang yang dipamerkan diminati para delegasi, khususnya delegasi Afrika, Amerika dan India.
Ketua kelompok tenun Putri Mas Ketut Widiadnyana menuturkan, berpameran sejak Senin (8/10), penjualannya sangat bagus. Lebih dari Rp 10 juta dalam waktu 4 hari.
Kelompok tersebut berpameran dengan menyediakan penjahit ekspres, dua hari selesai sehingga delegasi yang ingin membuat busana bisa langsung memesan. “Di sini ada unit perancangan busana,” ungkapnya Kamis (11/10).
Ia membuat songket dengan panjang 2,5 meter agar bisa dibuat baju. “Kita bikin yang lebih lebar, special songket batik alam Jembrana,” imbuhnya.
Tak hanya songket, Putrimas juga menyediakan pakaian songket modifikasi dengan kain katun. Rata-rata harganya Rp 400.000-an. Untuk jasa menjahit dengan panjang kain 2,5 meter, biayanya di bawah Rp 1 juta. Harga ini bagi delegasi sangat murah. Apalagi dengan kurs dollar yang terus menguat, para delegasi tidak mengeluhkan harga yang dipatok pengusaha UMKM.
Warga negara Afrika, Amerika dan India dikatakan yang lebih suka berbelanja di tempatnya. “Setiap hari ada orang Afrika belanja, mereka pesan dua atau lebih untuk istri, anak dan untuk oleh-oleh,” kata Widiadnyana.
Sebagian besar pembeli di standnya mengatakan, produknya unik dan etnik. Terutama delegasi Afrika dikatakan sangat puas dengan produk yang ditawarkan, karena murah dan unik. “Mereka membeli untuk dipakai langsung. Sementara untuk pembelian dalam jumlah besar belum ada karena biaya pengiriman yang mahal. Mereka bilang mumpung ke sini, jadi beli. Kapan–kapan jika ke Bali lagi, mereka bilang akan beli lagi,” tandasnya.
Tidak hanya standnya, stand UMKM BI dari provinsi lain juga tak kalah larisnya. Ada empat region UMKM binaan BI yang berpameran di Taman Jepun, BNDCC. Yaitu region Sumatra ada tiga UMKM yaitu dari Sumatra Selatan dengan produk kain dan selendang, dari Bangka Belitung dengan produk kain, pakaian jadi, tas, dari Lhoukseumawe dengan produk tas bordir khas Aceh.
Region Jawa ada duaUMKM yaitu Jawa Timur dengan produk kain, pakaian jadi, selendang dan syal, Purwokerto dengan produk kain dan pakaian jadi. Region Kalimantan, Sulawesi, Nustra ada 4 UMKM. Yaitu dari Gorontalo dengan produk kain dan pakaian jadi, Balikpapan dengan produk tas anyaman dan sulaman, sepatu dan kalung, NTB dengan produk kain, pakaian jadi, sepatu, perhiasan Mutiara, NTT dengan produk kain, pakaian jadi, sepatu, tas, selendang dan syal.
Sementara itu, di Indonesia Pavilion juga ada 150 UMKM dari 64 kabupaten/kota. Di sana ada dua pembagian tempat. Yaitu diawali dengan pintu masuk yang terdapat peta Indonesia di dinding. Kemudian berkeliling ada produk-produk BUMN serta UMKM binaan BUMN. Di bangunan utama lebih banyak menampilkan capaian BUMN dan produk BUMN serta demo membatik dan menenun kain.
Di sini juga ada UMKM dari Bali yang berpameran yaitu Bee Handicraft dan seniman barong dari Singapadu. Seniman topeng asal Batubulan Cok Raka Bawa mengaku tidak memiliki perusahaan. Ia hanya membuat barong dan topeng dengan kelompok seniman lainnya dari Singapadu.
Ia berharap dengan ikut IMF-WB, seniman dan budaya Bali dikenal. “Harapan kita pemerintah memperhatikan seniman–seniman Bali dan Indonesia,” ujarnya.
Ia bersama rekannya Indonesia Pavilion hanya dua hari. Setelah itu diisi oleh perajin atau seniman yang lain.
Sementara di bagian bangunan lain, khusus menjual produk serta tersedia kasir. Disini juga ada demo menenun kain Pande Sike dari Padang. Di luar Gedung yang ada panggung terbuka yang menampilkan beragam kesenian Indonesia. Juga ada beberapa penjual kopi dari beberapa wilayah di Indonesia. (Citta Maya/balipost)