MANGUPURA, BALIPOST.com – Peristiwa bom Bali 1 dan 2 rupanya masih menyisakan trauma bagi korban dan keluarga korban. Sayangnya, mereka belum memiliki tempat yang layak untuk menuntaskan rasa trauma itu.
Di sisi lain, anak-anak korban bom Bali juga ingin membantu pemerintah untuk menyiarkan pentingnya perdamaian. Demikian terungkap dalam Peringatan 16 Tahun Bom Bali di Ground Zero, Kuta, Badung, Jumat (12/10).
Peringatan kali ini mengangkat tema “The Beauty of Balinese Peace” yang artinya keindahan pesona Bali merupakan kedamaian bagi setiap orang yang datang ke Bali. Peringatan 16 tahun bom Bali dibuka dengan tari baris yang dibawakan putra salah satu korban.
Untuk tahun ini, peringatan tahunan tersebut memang mendaulat para anak dan korban bom Bali sebagai panitia kegiatan. Para korban bom Bali 2002 dan 2005 selama ini diwadahi dalam Yayasan Isana Dewata.
Sampai sekarang tercatat ada 54 keluarga yang menjadi korban dan diyakini masih banyak korban bom diluar yayasan tersebut. “Hingga hari ini, kami belum mempunyai tempat yang layak untuk dijadikan satu tempat berkumpul bersama-sama untuk menyelesaikan luka trauma yang menghinggapi kami hingga hari ini,” ujar salah satu putra korban bom Bali 1, Komang Purnama Dinata.
Usia Purnama baru 3 tahun saat sang ayah (alm) I Made Sujana menjadi korban bom yang meledak 12 Oktober 2002 silam. Menurutnya, tempat yang layak sangat dibutuhkan untuk dijadikan sebagai tempat berkonsultasi dalam menyelesaikan trauma para korban.
Gubernur Bali dan Bupati Badung diharapkan dapat meminjamkan tempat yang bisa dipakai secara berkelanjutan. Selain itu, anak-anak korban bom Bali juga kebingungan mencari tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan bertema perdamaian.
“Kami memohon kepada gubernur dan bupati Badung untuk sudi kiranya membantu kami dalam mewujudkan Taman Perdamaian Bali yang digagas oleh pada korban dan keluarga korban bom Bali yang ada di Bali dan di luar Indonesia dalam komunitas Bali Peace Park,” jelas Ketua Panitia Peringatan 16 Tahun Bom Bali ini.
Mantan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika yang rutin hadir dalam peringatan bom Bali mengaku akan ikut memperjuangkan terwujudnya Taman Perdamaian Bali. Selama ini, upaya negoisasi sebetulnya sudah dilakukan dengan pemilik lahan eks Sari Club.
Namun, harga yang diberikan disebutnya tidak masuk akal sehingga tidak mampu dijangkau oleh Yayasan Isana Dewata. Saat masih menjabat gubernur, pihaknya sudah mengimbau kepada Bupati Badung terdahulu dan sekarang agar tidak mengeluarkan ijin apapun untuk lahan tersebut.
“Tidak boleh membangun apapun, dan mereka patuh sampai hari ini. Mudah-mudahan terus bisa dijaga, minimal kosong itu. Dengan kosongnya lahan itu, itu menjadi peace park,” ujarnya. (Rindra Devita/balipost)