SINGARAJA, BALIPOST.com – Areal SDN 1 Sepang Kelod, Kecamatan Busungbiu menyempit setelah pagar pembatas sekolah ini amblas disapu banjir bandang pada awal tahun 2018. Akibatnya, anak-anak di sekolah ini pun kesulitan lahan bermain dan lapangan untuk upacara.
Tak hanya itu, keselamatan warga sekolah juga terancam jika banjir kembali menerjang ketika musim hujan. Mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, orangtua siswa di sekolah ini, Jumat (12/10) bergotong royong memasang pagar sementara di areal sekolah yang berbatasan dengan Sungai (tukad) Pulukan tersebut.
Aksi swadaya ini dikerjakan secara bersama. Tidak sampai sehari, pagar di bibir sungai itu pun tuntas.
Tokoh masyarakat Desa Sepang Kelod, Komang Dauh, Minggu (14/10) mengatakan, setelah banjir bandang menerjang, pagar dan lahan sekolah di desanya itu tergerus. Pemkab Buleleng sedianya telah memprogramkan perbaikan pagar dan penataan lapangan sekolah. Sayang, program itu terpaksa ditunda, karena anggaran yang sudah diplot untuk perbaikan sekolah dialihkan membiayai kegiatan yang lebih penting.
“Sebenarnya sudah diprogramkan dan akan ditangani setelah sekolah melaporkan kerusakan yang terjadi, tapi itu belum teralisasi karena dananya dialihkan untuk kegiatan lain. Kami khawatir kalau terus-terusan tidak dipagari, keselamatan siswa terancam karena sekolah berada di bantaran sungai,” jelasnya.
Menurut mantan anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Sepang Kelod ini, pemasangan pagar sementara ini murni inisiatif para orangtua siswa yang peduli dengan kondisi sekolah.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga (Disdikpora) Buleleng Gede Suyasa membenarkan areal sekolah itu tergerus kibat bencana banjir bandang. Dia mengatakan, sejak bencana itu, perbekel desa dan kepala sekolah sudah melaporkan kerusakan sekolah.
Terkait kemungkinan relokasi sekolah, birokrat asal Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula ini menyebut, tidak memungkinkan. Sebab, pemerintah kesulitan mencari lahan untuk sekolah baru. “Sekolah itu ada di lokasi sekarang agar mudah dijangkau warga yang tinggal di desa itu. Kalau dipindah selain tidak ada lahan, berarti menjauhkan lokasi sekolah dari warga. Makanya biarkan dulu sungai disender dan setelah itu baru kita bangun pagar permanen dan ini sebagai solusi permanen mencegah tidak terjadi kerusakan berulang,” jelas mantan Kepala Bagian (Kabag) Humas Protokol, Skekab Buleleng ini. (Mudiarta/balipost)