MANGUPURA, BALIPOST.com – Persepsi tentang wine impor lebih bagus dari wine lokal masih saja ada di industri pariwisata. Adanya anggapan itu salah.
Buktinya, wine lokal Bali justru sudah banyak mendapatkan penghargaan lewat berbagai kompetisi di luar negeri. Seperti misalnya Hatten Wines, salah satu brand lokal yang menyabet Winery Of The Year 2017 di Asia dan penghargaan tertinggi di Korea beberapa bulan lalu.
Ini artinya, wine lokal sejatinya sudah memiliki kualitas yang setara dengan produk impor dan telah sesuai dengan selera wisatawan khususnya dari mancanegara. “Sampai sekarang produk kita diterima dengan baik oleh pasar dan mereka happy sekali,” ujar Founder dan CEO Hatten Wine Indonesia, Ida Bagus Rai Budarsa saat menjadi pembicara dalam seminar tentang wine pada Green Restaurant and Culinary Events (GRACE) 2018 di Bali Dynasty Resort, Kuta, Badung, Minggu (14/10).
Menurut Rai Budarsa, isu-isu di pasar Bali utamanya menyangkut kualitas, kontinuitas dan harga. Produk impor umumnya terkendala pada kontinuitas.
Dalam arti, sekarang ada produk, tapi bulan depan belum tentu ada lagi produk wine impor tersebut. Sementara Hatten Wines selalu siap menyediakan produknya sesuai komitmen untuk selalu mensupport industry pariwisata. “Kalau misalnya barang tidak ada, kualitasnya tidak bagus, kan industry (hotel dan restoran, red) yang tidak bisa jualan,” imbuhnya.
Rai Budarsa menambahkan, hotel dan restoran dianggap sebagai partner bisnis untuk bisa berkembang bersama-sama. Dengan menawarkan kualitas wine yang bagus dan harga yang bagus pula, tentu bisa meningkatkan omzet penjualan di hotel dan restoran. “Wine itu memberikan income yang sangat bagus untuk restoran. Bayangkan saja, kalau orang bisa makan mungkin satu piring atau dia nambah dua piring, harganya berapa? Katakanlah mahalnya mungkin Rp 100 ribu. Tapi kalau beli satu botol wine, itu bisa Rp 500-600 ribu. Itu bisa meningkatkan omzet hotel atau restoran,” paparnya.
Rai Budarsa melanjutkan, Hatten Wines selama ini memperhatikan kebun anggur, memproduksi wine dengan alat-alat yang terbaik, dan juga melakukan edukasi tentang wine untuk mensupport industry pariwisata di Bali. Dikatakan, pihaknya membeli anggur sebagai bahan baku wine dari petani di Buleleng.
Ada tim yang khusus memberikan pembinaan kepada petani agar menghasilkan anggur berkualitas. Salah satu anggota tim bahkan orang Indonesia yang memang belajar menanam anggur di Prancis. (Rindra Devita/balipost)