DENPASAR, BALIPOST.com – Pertemuan tahunan IMF-World Bank telah sukses dilaksanakan 8-14 Oktober di Nusa Dua, Badung. Pertemuan di Bali bahkan diklaim sebagai pertemuan tahunan terbesar sepanjang sejarah. Bahkan yang terbaik, sehingga akan dijadikan sebagai standar kualitas pertemuan IMF-World Bank berikutnya di negara lain.
Di balik kesuksesan ini, Gubernur Bali Wayan Koster rupanya menyimpan strategi diplomasi. Khususnya dalam mendapatkan pundi-pundi dari APBN untuk pembangunan infrastruktur di Bali. “Dengan adanya prestasi ini, saya yakin pemerintah pusat akan semakin memberi apresiasi, penghargaan kepada Bali. Selama pertemuan, saya menempel terus sejumlah menteri terutama yang berkaitan dengan infrastruktur. Di antaranya Menteri PU, Menteri Perhubungan, Menteri Pariwisata, dan Menteri Keuangan,” ujarnya dalam keterangan pers di Praja Sabha Kantor Gubernur Bali, Senin (15/10).
Menurut Koster, Bali saat ini memang sudah memperoleh manfaat berupa dukungan pembangunan infrastruktur strategis dengan adanya pertemuan IMF-World Bank. Di antaranya, underpass Simpang Tugu Ngurah Rai dengan anggaran Rp 174 miliar dari APBN, pengembangan apron Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana, dan penanganan TPA Regional Sarbagita di Suwung dengan anggaran Rp 250 miliar dari APBN.
Tetapi, masih ada sejumlah program infrastruktur lain yang memerlukan dukungan dana dari pusat. Seperti shortcut Singaraja-Denpasar yang ditarget rampung 2021 atau paling lambat 2022. Kemudian kereta api untuk transportasi Bali. “Saya sudah ditemui oleh Dirut PT Kereta Api Indonesia yang akan mengembangkan. Saya setuju karena ini BUMN. Tapi kereta api yang dikembangkan adalah kereta api dengan model khusus,” imbuhnya.
Koster menambahkan, gerbong kereta api akan dibuat dengan menarik, baik eksterior maupun interiornya. Kereta api ini nantinya ditujukan untuk publik dan wisatawan.
Kemungkinan besar yang dikembangkan adalah kereta api listrik yang tidak mengakibatkan polusi. Pihaknya kini tinggal meminta waktu PT KAI untuk presentasi. “PT KAI sudah sangat semangat untuk membangun,” jelasnya.
Koster melanjutkan, pembangunan infrastruktur darat, laut, dan udara secara terintegrasi merupakan bagian dari visi dan misinya. Mulai dari Bandara Ngurah Rai, pembangunan bandara di Buleleng, rencana kereta api, shortcut Denpasar-Singaraja, tol atau by-pass Denpasar-Gilimanuk hingga pembangunan pelabuhan untuk cruise di Celukan Bawang. Selain itu, pihaknya juga akan mengkaji ulang Pelabuhan Tanah Ampo di Karangasem apakah akan diteruskan atau digeser ke tempat lain. Termasuk jalur-jalur untuk logistik. “Ini perlu saya bicarakan dengan pemerintah pusat. Termasuk adalah Pusat Kebudayaan Bali dengan panggung terbuka, gedung tertutup untuk teater dan museum tematik. Ada museum tari, museum gamelan Bali, museum arsitektur Bali, museum seni rupa Bali, museum patung Bali, museum kerajinan tenun Bali. Programnya akan digarap,” paparnya.
Terkait pembangunan museum, lanjut Koster, Presiden sudah memberikan lampu hijau agar dibantu oleh kementerian terkait. Selain itu, dia juga sudah meneken MoU dengan Menteri ESDM RI mengenai Bali menjadi pulau yang hijau dan bersih lewat penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan. Termasuk pembangkit tenaga listrik menggunakan bahan bakar gas atau energi baru terbarukan (EBT) untuk seluruh Bali.
Pembangkit listrik di Celukan Bawang juga harus menggunakan gas. Selain itu, pihaknya akan mendorong seluruh hotel dan restoran untuk ikut menggunakan gas dan EBT dengan ancaman sanksi.
Di Indonesia, MoU ini baru pertama kali diteken oleh Gubernur Bali. Dengan demikian, udara Bali diharapkan bersih dengan alamnya yang hijau dan indah. “Kita juga akan menggalakkan transportasi berbahan bakar gas atau bahkan dengan listrik. Saya sedang mengkaji dengan tim untuk mengeluarkan perda sepeda motor listrik,” tambahnya. (Rindra Devita/balipost)
Sudah beberapa menteri jokowi unjuk gigi…tpi yg pling mendasar dan besar permasalahannya , mengenai lingkunban…..dmna letak peran serta menteri lingkungan hidup???seenggaknya ada pengolahan limbah2 dr rumah tangga agar tdak mencemari lingkungan skitar….apalagi klau yg tggal di pulau2 kecil,pasti efek limbah2 dr rumah tangga begitu terasa…. trus pengolahan di TPA jga……apa solusi yg sudah di kerjakan???sudah adakah bukti sperti kementrian PUPR yg nyata adanya????