Kendaraan melintas di kawasan Bedugul, Tabanan. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tak hanya di kawasan Bali Selatan, kawasan wisata Bedugul juga termasuk kategori rawan likuifaksi. Bedugul bahkan termasuk paling potensial terkena dampak likuifaksi. Hal itu dikatakan dosen pengampu matakuliah Geomorfologi di Fakultas Pertanian Unud Drs. R. Suyarto, M.Si., Selasa (16/10).

Menurutnya, untuk di Bali selama ini memang tidak ada penelitian khusus terkait potensi likuifaksi tersebut. Namun, dikatakannya, untuk wilayah Bali memang ada potensi seperti itu.

Untuk Bali, dikatakan, likuifaksi bisa saja terjadi di beberapa tempat. Dari data yang ada, adanya lapisan pasir yang berpotensi mengakibatkan likuifaksi justru ada di kawasan Bedugul.

Baca juga:  Tanpa Diskriminasi, Pengundian Lapak Pasar Rakyat Gianyar Awal Januari

Dijelaskannya, itu biasanya seperti lapisan khusus pasir. Apabila lapisan pasir ini terpicu oleh gerakan, itu bisa mengakibatkan pasir bergerak seperti longsor di dalam tanah yang memengaruhi gerakan di atas. Ini biasanya dipicu oleh adanya patahan sesar.

Secara geomorfologi atau ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan perubahan-perubahan yang terjadi pada bumi, bentuk alam Indonesia, terkait likuifaksi atau dislokasi, hal itu bisa terjadi. Hanya, hal itu, kata Suyarto, belum diketahui oleh masyarakat.

Saat kejadian di Aceh, masyarakat mulai mengerti istilah lempeng. Begitu juga kejadian di Yogya, Lombok dan Palu, masyarakat mulai teredukasi, bahkan terhadap kejadian likuifaksi. “Seperti yang terjadi di Sulteng, di sana memang dipengaruhi adanya lumpur. Lapisan tanah itu berjalan, kemungkinan dipicu oleh patahan sesar,” pungkasnya.

Baca juga:  Baru Selesai Diperbaiki, Aspal Jalur Utama ke Besakih Kembali Rusak

Diungkapkannya, dari data di Bali memang belum pernah mengalami likuifaksi, namun kalau gempa sering terjadi di Bali hal ini bisa terjadi. Pemicu gempa memang biasanya akibat dari patahan sesar.

Yang paling potensial, di samping patahan di utara, patahan yang di Bali Selatan yaitu patahan yang membatasi Bali dan Bukit Jimbaran. Akibat adanya patahan di sana, maka muncul tebing dan perbukitan di Jimbaran. “Itu menunjukkan adanya patahan, namun sekarang tidak aktif,” tambahnya.

Baca juga:  Proses Hukum Masih Berjalan, Zainal Tayeb Jadi Tersangka Lagi

Untuk gempa, potensi di Bali memang sangat besar. Karena ada patahan naik Flores di utara dan ikut lempeng selatan. Namun sebagian besar yang di utara, termasuk juga yang Situbondo juga dekat dengan Bali Utara. “Bali sama dengan Lombok dan Sulteng. Untuk di Bali, Bali Utara sangat besar potensi gempa. Karena dari data gempa bumi, penyebab paling banyak adalah masuk potensi di utara,” ujarnya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *