AMLAPURA, BALIPOST.com – Banyak kerajinan yang dihasilkan warga Karangasem sebagai penopang perekonomian keluarga. Untuk saat ini warga bumi lahar khusunya di Seraya mulai mengeluti kerajinan sanggah berbahan tanah taro. Bahkan saat ini kerajinan tersbut mulai diminati oleh warga setempat. Itu bisa dilihat semakin banyaknya warga yang berkecimpung menggeluti kerajinan tersebut.
Salah seorang perajin di Seraya, I Nyoman Agus Santosa, Rabu (17/10) mengatakan, kerajinan sanggah dari tanah taro sedang menjadi trend saat ini. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya warga yang berkecimpung menggeluti kerajinan tersebut. Kata dia, untuk saat ini pihaknya tengah mengerjakan sanggah untuk tiga pemesan. Untuk bahannya, dirinya membeli tanah di taro Gianyar. Untuk satu ember dibeli seharga Rp 5 ribu.
“Ada sejumlah kelebihan dan keunikan sanggah dari tanah taro. Lebih ringan, motif unik seperti patas taro yang ada tutul-tutulnya. Bangunan dari tanah ini juga bisa dicat hitam dan hasilnya bagus. Harga juga tak jauh berbeda dengan sanggah pasir melela,”ucapnya.
Santosa mengatakan, warga yang banyak memesan sanggah berbahan tanah taro kebanyakan dari Kubu. Karena mereka lebih condong menggunakan sanggah berbahan taro ini ketimbang sanggah dari pese atau pasir melela. Sebab, warga Kubu sedang berkembang, terutama dari kalangan generasi muda yang sudah sukses mencari pekerjaan di tanah rantau.
‘’Pulang membangun rumah, sekalian membuat sanggahnya dengan lengkap. Kami baru saja melayani pesanan dan sekaligus pengiriman sanggah ke Juntal, Desa Kubu, senilai Rp 18 juta. Kubu sedang berkembang, rumah warga bagus-bagus banyak yang baru membangun,” katanya.
Disinggung terkait harga yang ditawarkan, Dia menegaskan, untuk sanggah jenis tugu atau penunggun (pangijeng) karang atau tugu ukuran dengan lebar 1 meter persegi seharga Rp 800 ribu.
Sementara rong telu atau sanggah kemulan langsung atau semuanya dari tanah taro Rp 1,7 juta sampai Rp 2 juta, paduraksa per buah ditawarkan Rp 500 ribu, candi bentar berkisar Rp 1,8 juta, angkul-angkul Rp 5 juta, aling-aling Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta, sementara tembok panyengker dari tanah taro Rp 600 ribu per meter dengan tinggi 1,3 meter. “Harganya disesuaikan dengan ukuran,”ujarnya. (eka prananda/balipost)