NEGARA, BALIPOST.com – Musim kemarau berkepanjangan belakangan ini selain membuat sungai mengering termasuk saluran irigasi juga mengering. Kondisi ini mengakibatkan hektaran tanaman padi petani terancam gagal panen. Demikian juga sejumlah subak batal melakukan pola tanam padi maupun palawija.
Contohnya di subak Dauh Jelinjing Budeng, Kecamatan Jembrana. Tanaman padi berumur sebulan, dilanda kekeringan.
Dari pengamatan Rabu (17/10) separuh areal subak dengan sekitar 40 hektar, sudah tampak mengering. Tanah juga tampak pecah-pecah karena tidak tersentuh air.
Sebagian hamparan sawah, yang dibatasi jalan desa masih terlihat hijau karena diselamatkan dari air sumur pompa. Ini dibuat petani tentunya dengan biaya ekstra.
Made Karma Ratih, Rabu (17/10) mengatakan sudah sebulan air, tidak mengalir sama sekali kepersawahan. Dikatakan sumber irigasi, di areal sawah itu berasal dari Bendung Jero Pengentuh, dihulu desa. Namun sejak mulai tanam sebulan lalu, air tidak mengalir kepersawahan .
Menurutnya karena tidak ada air banyak sawah yang berisi tanaman padi, layu dan mati. Matinya tanaman padi karena telat air, sehingga sudah banyak petani yang membiarkan sawahnya kekeringan. Karma Ratih mengaku menggarap sawah seluas 40 are, dan dia berusaha menyelamatkan padinya dengan menyiram melalui air dari sumur bor yang dibangun disawahnya.
Menurutnya mesin pompa merupakan pinjaman dari subak. Setiap hari disiram, seharian hanya mampu menyiram satu petak dari 4 petak sawahnya dan itu tiak sampai penuh hanya membasahi tanahnya. Karena sudah terlanjur banyak biaya yang dia keluarkan merawat padinya, terpaksa menyiram pakai air sumur bor menjadi satu-satunya cara menyelamatkan tanaman padinya.
Dikatakannya sejak kekeringan melanda sudah lebih dari 10 kali dia mengangkat air. “Semalam saya harus keluar uang Rp 150 -200 ribu untuk membeli bahan bakar mesin bor, mudah- mudahan saja berhasil, hingga panen,” harapnya.
Sementara di wilayah Subak Kawis wewidangan desa Budeng , subak yang hanya dibatasi jalan desa dengan Subak Dauh Jelinjing, hektaran sawah juga tampak kering kerontang.
Bahkan di sejumlah petak sawah yang sudah mulai menyemai bibit padi, juga tampak layu dan mati karena tidak ada air.
Bahkan tanah yang sudah dibajak dengan traktor, tampak mengering. Sejumlah traktor tangan karena tidak ada air, dibiarkan terbengkalai begitu saja dipersawahan.
Kadis Pertanian Perkebunan Wayan Sutama, sebelumnya mengatakan dari 64 subak, baru disubak Jelinjing Budeng yang melaporkan mengalami kekeringan.
Menurutnya subak tesebut giliran masa tanam, karena pas mulai tanam memasuki kemarau. “Setelah petugas kami turun ada sekitar 8 hektar yang mengalami kekeringan sisanya masih diupayakan diselamatkan melalui bantuan mesin pompa ke petani,” terangnya.(kmb/balipost)