Klon G0 direkomendasi menjadi varietas unggul lokal oleh Batan. (BP/san)

TABANAN, BALIPOST.com – Tahap pemurnian dan adaptasi dalam menemukan varietas unggulan lokal beras merah cendana yang baru sudah memasuki tahap akhir. Tiga klon yang diunggulkan yaitu G0, G10 dan C20 dipanen, Kamis (18/10) di Subak Pegedangan Desa Pangkung Tibah Kediri oleh petani, Dinas Pertanian Tabanan dan Batan.

Masing-masing klon diambil sampelnya begitu juga induknya untuk dibandingkan. Dari tahap ini, Batan melihat G0 selain memiliki sifat morfologis induknya juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki klon lainnya. Sehingga Batan merekomendasikan G0 sebagai pilihan pertama varietas unggul lokal yang baru menyusul G10 dan terakhir C20.

Peneliti Batan, Ita Dwi Mahyani disela-sela aktivitas panen mengatakan dasar tindakan perlakuan beras merah cendana ini adalah menemukan varietas unggul lokal yang baru dimana varietas memiliki morfologis yang sama dengan induknya tetapi waktu tanam yang lebih singkat dan tanaman yang lebih pendek. Dari puluhan klon yang dihasilkan, tiga klon terpilih menjadi unggulan karena memenuhi semua persyaratan tersebut.

Baca juga:  Basarnas Bali Selenggarakan Siaga Sar Khusus, Jelang Libur Panjang

Tiga klon ini juga memiliki kelebihan dari induknya yaitu daunnya yang tetap hijau meski gabah sudah mulai matang. “Karena masih hijau maka proses fotosintesis atau pembuatan makanan masih bisa berlangsung. Ini menyebabkan isi gabah menjadi lebih baik proses matangnya dan tentu berpengaruh pada produktifitas padi yang baik dan berkualitas,” jelas Ita.

Ia merekomendasikan G0 sebagai pilihan pertama untuk menjadi varietas unggul lokal karena selain daunnya yang masih hijau juga memiliki daun bendera yang tegak meski gabahnya sudah matang.

Baca juga:  Polisi Antisipasi Penggunaan Knalpot Brong Saat Perayaan Pergantian Tahun Baru

Daun bendera yang ujungnya tajam ini menjadi pelindung padi dari serangan hama burung. “Karenanya kami sarankan G0 karena kelebihan ini,” ujar Ita.

Meski demikian pilihan klon mana yang akan menjadi varietas unggul lokal yang baru diserahkan kepada Kabupaten Tabanan. Namun ia berharap tiga-tiganya bisa menjadi varietas unggul lokal yang baru.

Ita melanjutkan setelah tahap pemurnian dan adaptasi, tiga klon ini akan memasuki uji tanam adaptasi di semua dataran yaitu tinggi, menengah dan rendah. “Dalam tahap ini, uji tanam yang dilakukan lebih memenuhi kaidah statistik seperti adanya ulangan, jarak tanam hingga ada plot-plotnya,” ujar Ita.

Baca juga:  IMF-WB AM 2018, Persiapan Capai 79 Persen

Data statistik dari tiga dataran ini akan dikumpulkan, diolah dan dibuatkan proposal dan diajukan Kementerian Pertanian melalui sidang pelepasan varietas. Pihak berwenang Direktorat Jenderal Pembenihan dalam hal ini Tim Pelepas Varietas akan merekomendasikan klon-klon yang diajukan dalam proposal ini menjadi varietas unggul lokal dan siap dilepas.

Ita melanjutkan cita-citanya tidak sampai di sana. Ia menginginkan varietas beras merah yang baru nanti tidak hanya menjadi varietas unggul lokal tetapi juga menjadi varietas unggul nasional. Tetapi untuk itu tentu pemenuhan syaratnya berbeda dimana untuk uji adaptasi tidak hanya dilakukan di Tabanan tetapi secara nasional mencakup 16 kab/kota di Indonesia. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *