Perbekel Tianyar Barat, Agung Pasrisak Juliawan. (BP/nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu berencana mebangun patung Dewi Danu di Desa Adat Munti Gunung, Desa Tianyar Barat. Hal itu diungkapkan Perbekel Tianyar Barat, Agung Pasrisak Juliawan, Jumat (19/10).

Menurutnya, Pasrisak, pembangunan Patung Dewi Danu berkaitan dengan profesi krama di Munti Gunung, yang bekerja jadi gepeng (gelandangan dan pengemis). Dengan adanya patung Dewi Danu krama bisa memohon pengampunan kepada Dewi Danu. “Karena kita dikutuk oleh Dewi Danu. Ada dua kutukan. Pertama yakni akan dihina warga sekitar (karena menggepeng), dan kedua kesulitan cari air. Dengan adanya patung Dewi Danu nantinya, masyarakat dapat memohon pengampunan,” akui Gung Pasrisak.

Baca juga:  Badung MoU dengan PTW, Target Datangkan 2 Juta Wisatawan

Pasrisak menjelaskan, patung dewi danu rencananya didirikan awal tahun 2019. Mengunakan anggaran desa sebesar 80 juta.

Jelas dia, rencana ini sudah dikoordinasikan dengan Ida Begawan, mereka sambut positif pendirian patung. Salain itu, pihak desa juga membangun Pura Padpad sekitar sumber air padpad. Pembangunan Pura Padpad dilakukan untuk menghargai air karena di Munti Gunung kesulitan memperoleh air. Melalui ini semoga sumber air tetap digunakan warga.

“Dulu ketika Dewi Danu menyamar sebagai penjual air, kita hina beliau. Saat itu perwujudan Dewi Danu sebagai orang tua, dan dihina masyarakat. Setelah dihina beliau mengutuk, lalu cuci tangan di daerah Padpad, dan timbul sumber air,” imbuhnya.

Baca juga:  Gebyar Makan Babi di Rumjab Wabup Sanjaya

Dijelaskan, selain tempuh jalur niskala APJ juga terus melakukan pendekatan personal ke warga Munti yang berprofesi jadi gepeng. Pihaknya mengajak warga untuk beralih profesi dari mengepeng menjadi petani, peternak, dan pedagang.

Jelas dia, sekarang desa mulai mengarap serta mengembangkan ekonomi kreatif yakni Desa wisata. Melalui desa wisata yang digagas desa bersama pemerintah. Diharapkan jumlah gepeng di Munti Gunung  berkurang sedikit demi sedikit. Selain itu, desa juga telah membangun Pasraman Jiwan Mukti guna memberikan pencerahan ke warga. Pasraman ini berfungsi untuk mengembalikan mental warga. Pasraman sudah terisi 20 orang anak dan ibu yang sebelumnya mengepang.

Baca juga:  Sampah di Pantai Karangsewu Capai 190 Kilogram

“Kita berharap profesi mengepang bisa hilang pasca dibangun patung Dewi Danu dan Pura Padpad,” harapnya.

Lebih lanjut dikatakannya, jumlah gepeng di Munti Gunung mulai berkurang. Saat ini, kata dia penduduk Desa Tianyar Timur sebanyak 1.500 KK. Dulu yang mengepeng mecapai 300 KK. Sekarang warga yang masih menggepeng sekitar 50 KK,”tambah Pasrisak. tegasnya. (eka prananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *