MANGUPURA, BALIPOST.com – Program dana desa yang kini memasuki tahun keempat mulai dimanfaatkan untuk pengembangan SDM dan ekonomi desa. Mengingat, selama tiga tahun terakhir dana desa sudah banyak dipakai untuk membangun infrastruktur dengan jumlah yang sangat masif.
Saat ini telah ada 30 ribu inovasi yang dapat diadopsi untuk pemberdayaan ekonomi desa. “Tiga tahun ini kan kita tahu semua desa mampu membangun lebih dari 158 ribu km jalan desa, 1.000 km jembatan, puluhan ribu PAUD, Polindes (Pondok Bersalin Desa) dan sebagainya,” ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI, Eko Putro Sandjojo disela-sela Temu Karya Nasional (TKN), Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) dan Pekan Inovasi Perkembangan Desa dan Kelurahan (Pindeskel) 2018 di GWK Cultural Park, Jumat (19/10).
Pembangunan infrastruktur tersebut, kata Eko, berhasil menurunkan angka kemiskinan di desa. Tahun lalu, kemiskinan di desa bahkan turun lebih dari 1,2 juta jiwa. Atau lebih besar dua kali lipat daripada di kota yang hanya 580 ribu jiwa.
Hal yang sama juga terjadi pada angka pengangguran. Di desa, angka pengangguran kini hanya tinggal separuh dari angka pengangguran terbuka di kota. “Jadi model ini terus kita kembangkan. Sekarang dengan sudah cukupnya infrastruktur, kita mulai pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan ekonomi desa-desa,” jelasnya.
Menurut Eko, pelatihan-pelatihan kini dilakukan secara serentak di 433 kabupaten terkait program inovasi desa. Inovasi-inovasi yang ada di desa didokumentasikan secara tertulis dan video agar bisa disebarkan ke desa-desa lain untuk diikuti.
Sebagian dari inovasi itu dipamerkan di GWK Cultural Park hingga 21 Oktober mendatang. Kita sudah ada portalnya, mereka bisa melihat ada 30 ribu inovasi yang bisa dishare dan mungkin cocok di desanya sehingga lebih ada akselerasi. Sebagian dipamerkan agar masyarakat bisa bertanya dan sharing,” jelasnya.
Eko melanjutkan, 5.000 desa tertinggal awalnya ditarget menjadi desa berkembang pada 2019. Namun, sampai bulan Maret atau Mei tahun ini justru sudah tuntas lebih dari 10 ribu desa.
Pihaknya berharap di 2019, desa tertinggal yang dientaskan menjadi desa berkembang bisa mencapai lebih dari 50 ribu desa. Upaya pendampingan dilakukan untuk mengawal pemberdayaan SDM dan ekonomi desa.
Selain ada pendamping desa, juga ada pendamping inovasi desa. “Itu dibiayai oleh Bank Dunia yang memberikan bantuan 100 juta US dolar,” imbuhnya.
Eko menambahkan, di masa lalu banyak desa miskin karena tidak fokus. Desa-desa itu tidak memiliki skala industry yang cukup sehingga tidak ekonomis karena biaya produksi mahal dan tidak mencapai pasar.
Kini desa diminta fokus dan pemerintah memberikan insentif. Pemerintah juga menghubungkan desa dengan dunia usia. Saat ini, ada 128 kabupaten yang sudah berhasil dihubungkan dengan dunia usaha dan terjadi investasi pasca panen di desa-desa sebesar Rp 47 triliun. “Inovasi desa ini tujuannya agar mereka bisa mengusulkan penggunaan dana desanya dan program-program lainnya. Komoditasnya apa, nanti kita kasih afirmasi dengan program Prukades (Produk Unggulan Kawasan Perdesaan). Tahun ini kita akan buat 100 desa showcase, dari inovasi-inovasi itu kita kasih sampai dengan Rp 1,5 miliar untuk bisa direalisasikan,” tandasnya. (Rindra Devita/balipost)