BANGLI, BALIPOST.com – Serangan penyakit diplodia pada tanaman jeruk milik petani di Desa Daup, Kintamani kian meluas. Kondisi tersebut berdampak pada menurunnya produksi jeruk di desa setempat.

Saat ini sebagian petani jeruk yang merugi akibat adanya serangan penyakit diplodia, beralih menjadi petani sayur. Perbekel Desa Daup Dewa Nyoman Saliawan, Sabtu (21/10) mengungkapkan, serangan penyakit diplodia pada tanaman jeruk milik petani di desanya bukan kejadian baru. Penyakit ini sudah menyerang jeruk milik petani sejak empat tahunan lalu.

Serangan penyakit ini ditandai dengan membusuknya batang pohon yang berada di dekat akar, daun berubah menguning dan berguguran. Saat ini serangan diplodia di desanya semakin meluas.

Baca juga:  Dua Perenang Perairan Terbuka Masih Berlatih di Kolam

Dari keseluruhan lahan jeruk milik petani di desanya, luas lahan jeruk yang terserang penyakit itu diperkirakan mencapai lebih dari lima puluh persen. “Di kebun saya, dari 600 pohon yang saya miliki, yang kena diplodia sudah hampir setengahnya,” ujarnya.

Menurut Dewa Saliawan, meluasnya serangan penyakit ini disebabkan karena kurangnya pemeliharaan dan perawatan tanaman jeruk oleh petani. Diakuinya, banyak petani di desanya yang enggan/kurang merawat tanaman jeruknya karena harga jual buah jeruk dalam beberapa kali masa panen kurang memuaskan.

Baca juga:  Petani Bersihkan Abu Pada Tanaman Jeruk

Disamping itu, petani juga mulai enggan merawat tanaman jeruknya karena sebelumnya sempat diserang penyakit antrak. “Perawatan tanaman jeruk kan modalnya lumayan besar. Karena hasilnya tidak memuaskan dan sempat kena antrak, petani termasuk saya jadi malas merawatnya,” jelasnya.

Untuk menyembuhkan tanaman jeruk yang terserang diplodia, lanjut Dewa Saliawan itu cukup sulit dilakukan. Namun untuk mencegah penyakit itu tak semakin meluas, sesuai anjuran dinas terkait, upaya pencegahan bisa dilakukan dengan penggunaan bubur kalifornia dan penyemprotan rutin.

Baca juga:  Terdesak Kebutuhan Ekonomi, Nekat Curi Jeruk di Kebun Warga

Dikatakan juga bahwa akibat dari serangan penyakit itu, produksi jeruk di Desa Daup kini semakin menurun. Banyak petani jeruk memilih menebang pohon jeruknya yang telah mati karena serangan diplodia dan beralih mengisi lahannya dengan tanaman sayur.

Beberapa petani ada juga yang mengulang kembali menanam pohon jeruk dengan pohon yang baru. Saat ini harga buah jeruk di tingkat petani diakui lumayan bagus yakni Rp 7 ribu-8 ribu per kilogramnya. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *