GIANYAR, BALIPOST.com – Memanfaatkan pembuangan aliran dari terowongan irigasi subak, objek wisata air terjun Sumampan, yang berlokasi di Banjar Sumampan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati mulai ramai didatangi pengunjung. Padahal objek ini baru dibuka sebulan lalu oleh warga setempat. Tidak hanya tamu domestik, wisatawan asing setiap hari mengunjungi objek wisata yang ada di aliran Tukad Petanu ini.
Diketahui objek wisata yang memanfaatkan aliran dari pembuangan trowongan irigasi ini, baru dibuka beberapa bulan lalu oleh warga setempat yakni Wayan Cepeg bersama anaknya Made Redana dan Nyoman Retana. Pantauan Senin (22/10) siang terlihat sejumlah wisatawan asing dan domestik yang antusias menikmati keindahan air terjun tersebut dengan berfoto, mereka juga dengan leluasa mandi di aliran Tukad Petanu.
Air terjun ini ternyata bukan objek yang ada sejak lama. Warga setempat, Wayan Cepeg mengungkapkan bahwa pembuangan aliran air irigasi dari terowongan yang berada di sebelah timur Tukad Petanu tersebut, memang sudah ada sejak ia masih 17 tahun. “Tetapi dulu tidak berbentuk air terjun seperti sekarang,“ ucap pria 60 tahun dengan sembilan cucu ini.
Dikatakan beberapa tahun lalu warga setempat melakukan pengerukan batu padas, tepat di depan pembuangan saluran irigasi tersebut. Pengerukan pada bagian timur tebing Tukad Petanu ini pun mencapai kedalaman belasan meter dari posisi awal, hingga kini membentuk tebing. “Pengerukan itu sudah lama, sekitar belasan tahun lalu,“ katanya.
Proses pengerukan akhirnya dihentikan karena ada larangan dari pemerintah. Namun akibat pengerukan yang membentuk tebing ini, justru aliran air dari terowongan irigasi dengan lebar 2 meter dan tinggi 2,5 meter itu jatuh membentuk air terjun. “Sekarang jadi air terjun dengan tinggi sekitar 15 meter lebih, nampak indah sekali,“ ucapnya.
Sementara awal dibukanya air terjun ini untuk kunjungan wisata, bermula dari seorang wisatawan yang melintas di kawasan tersebut. “Dia tamu yang tinggal pada villa dekat sini, suka sekali dengan air terjun ini, dan saya diminta menata akses jalan,“ katanya.
Berlokasi di Banjar Sumampan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati membuat objek wisata ini mudah ditemui. Akses jalan pun sudah dibuka, meski baru berupa perabasan tanah milik Wayan Cepeg dan saat ini hanya bisa dilintasi kendaraan roda dua. Namun melalui akses tersebut, sudah langsung berada di dekat air terjun. “Kebetulan saya punya lahan di sebelah barat Tukad Petanu, jadi dibuka akses jalan dari lahan saya ini menuju air terjun,” ucap Wayan Cepeg.
Kedepan ia pun berencana memperlebar akses jalan tersebut agar bisa dilintasi kendaraan roda empat atau bus, meski harus mengorbankan lahan pribadi miliknya. “Ini lahan pribadi luasnya sekitar 1 hektar lebih, mau saya siapkan jadi tempat parkir,” ucapnya.
Tidak berselang lama sejumlah pengunjung pun mulai berdatangan, dan mengupload foto air terjun tersebut di media sosial. “Banyak yang ke sini mengaku dapat informasi dari medsos, dan mereka datang bawa kamera serta drone,” ungkapnya.
Pengunjung yang datang ke objek wisata Air Terjun Sumampan semakin sumringah, sebab daya tarik objek ini tidak hanya air terjun setinggi 15 meter, namun pada sejumlah bebatuan di lokasi tersebut sudah diukir dalam bentuk topeng. Ada juga topeng yang didesain khusus dengan aliran air, sehingga nampak seperti pancuran kecil yang keluar dari mulut topeng.
“Kebetulan saya suka memahat, jadi sembari menunggu pengunjung saya coba mengukir batu dengan bentuk topeng,” ucap Nyoman Retana putra dari Wayan Cepeg.
Bila dihitung total ada sepuluh topeng yang sudah dipahat pada batu di objek tersebut. Topeng pada bebatuan itu dipahat oleh Nyoman Retana sejak sebulan lalu.
Ia pun berencana membuat ukiran topeng dengan media yang lebih besar di air terjun tersebut. Sehingga bisa menjadi objek baru untuk pengunjung yang ingin berselfie. “Rencana ada, tapi masih saya siapkan patung seperti apa nanti,” katanya.
Di balik tingginya antusias pengunjung, Nyoman Cepeg mengaku khawatir karena air terjun tersebut mengandalkan kelebihan aliran air dari terowongan irigasi subak, sehingga sewaktu-waktu bisa diputus lewat DAM Bedulu. “Kalau ada perbaikan irigasi, ya DAM Bedulu kan ditutup air terjunnya pun ikut mati, beberapa bulan lalu juga sempat mati karena ada perbaikan irigasi,” ucapnya.
Bila ke depan ada perbaikan irigasi yang mengharuskan penutupan ailran DAM Bedulu, ia pun mengharapkan instansi terkait melakukan pemberitahuan, sehingga dapat disampaikan ke pengunjung. “Kami juga akan koordinasi terkait hal ini,” ucapnya.
Persoalan lain di objek wisata ini ialah penggalian batu padas yang masih berjalan di dekat air terjun. Nyoman Retana mengaku penggalian ini dilakukan oleh pengontrak lahan miliknya. “Rencananya kontrak ini tidak saya perpanjang, dan di bawah mau saya tata, agar lebih nyaman untuk pengunjung,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)