JAKARTA, BALIPOST.com – Hingga saat ini penanganan penyakit rubella dan campak (MR) masih terus dilakukan pemerintah. Khususnya di daerah-daerah yang berpotensi menyebarkan penyakit itu. Demikian dikemukakan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek, Senin (22/10).
Dalam keterangannya, Menkes menjelaskan data terakhir, angkanya mencapai sekitar 62 persen. Belum tercapainya target cakupan imunisasi MR karena adanya daerah tertentu yang menolak imunisasi MR karena alasan keyakinan. Meskipun sudah ada fatwa MUI untuk membolehkan penggunaan vaksin tersebut selama belum ada alternatif lain.
Nila Moloek mengatakan pihak Biofarma sebagai penyedia vaksin MR sudah berupaya mencari alternatif lain untuk pengganti tripsin babi. Namun hingga kini belum ditemukan.
Selain itu, katanya, pembuatan vaksin memakan waktu cukup lama dan tidak mudah. Minimal perlu waktu 20 tahun. “Penelitian ini bukan sekedar hanya dapat terus kita lakukan clinical trial. Tapi dari sebelumnya, ada pra-pra clinical trial,” jelasnya.
Ia mengatakan telah ada beberapa daerah dan kabupaten yang tingkat cakupan vaksin MR-nya mencapai 95 persen atau lebih. Terutama di Pulau Jawa, Papua Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. “Tetap kita dorong dan mendatangi daerah-daerah yang sulit. Tapi yang cakupan 95 persen sudah ada di beberapa provinsi dan kabupaten. Jadi (umumnya), sudah meningkat,” ucapnya.
Sementara itu ditemui di lain kesempatan, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Anung Sugihantono menyebut, angka cakupan vaksin MR nasional mencapai 62,7 persen. Dan hingga kini, pihaknya masih terus berupaya menjangkau daerah-daerah sulit agar target capaian vaksin MR tercapai, yakni 85 persen. (kmb/balitv)