JAKARTA, BALIPOST.com – Unicef Indonesia Representative, Debora Comini, bertemu dengan Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmista. Dalam pertemuannya itu, menurut Mensos, Unicef membicarakan tentang kerjasama dalam membantu anak-anak, khususnya korban gempa, tsunami, dan likuifaksi di Sulawesi Tengah.
Dikatakan Mensos bersama Unicef, Kemsos melakukan pendataan anak terpisah, melakukan penelusuran dan mengupayakan reunifikasi anak yang terpisah dari keluarganya. Dari hasil pendataang, tercatat 101 anak yang terpisah dari keluarganya. Sebanyak 71 diantaranya sudah berhasil dipertemukan dengan keluarganya.
“Dari program ini dalam rangka mengembalikan kondisi psikologi dari anak-anak itu. Maka dari itu layanan-layanan dasar dikembalikan pada anak-anak itu,” jelasnya.
Kemsos mendapatkan bantuan untuk mempercepat upaya rehabilitasi anak korban gempabumi dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng). Bantuan 10.500 paket kebutuhan anak senilai Rp 10 miliar.
Ia mengutarakan dalam proses rehabilitasi sosial korban bencana, baik di Sulteng maupun Nusa Tenggara Barat, pemerintah tidak bekerja sendiri. Dukungan dan kerja sama dengan berbagai mitra kerja terus digalang pemerintah untuk mempercepat dan memaksimalkan upaya rehabilitasi sosial anak. Salah satunya yang telah terjalin dengan Unicef. “Unicef sudah sejak lama memberikan bantuan kepada anak-anak yang bermasalah dalam kesejahteraan sosialnya, tidak hanya anak yang terdampak bencana saja,” kata Mensos.
Paket bantuan itu terdiri dari peralatan sekolah, pakaian, permainan anak dan kebutuhan anak lainnya. Aneka paket kebutuhan itu sudah didata sebelumnya sehingga bantuan sesuai dengan kebutuhan anak. Pendistribusian bantuan akan dibawa pihak Unicef ke Sulteng dan pihak Kemsos akan membantu menyalurkannya. Dalam beberapa hari ke depan bantuan akan datang dan disalurkan secara bertahap.
Agus menambahkan, selain memberikan bantuan, Unicef juga mendukung layanan dukungan psikososial (LDP) yang dilakukan Kemsos bagi anak-anak korban bencana. LDP dilakukan agar psikologis anak-anak pulih dari trauma yang dialami pascabencana. “LDP ini akan terus kita lakukan sampai tidak ada lagi masalah psikososial,” ucapnya. (kmb/balitv)