JAKARTA, BALIPOST.com – BRI secara konsisten terus meningkatkan penyaluran kredit untuk segmen UMKM. Kredit senilai Rp 621,8 triliun atau sekitar 76,9 persen dari total kredit BRI disalurkan untuk segmen UMKM hingga akhir September 2018.
“Secara year on year, kredit untuk segmen UMKM tumbuh 16,5 persen. Ini bukti komitmen BRI untuk terus memberdayakan UMKM di Indonesia,” kata Dirut BRI Suprajarto saat paparan kinerja Semester III-2018 di Jakarta, Rabu (24/10).
Menurut Suprajarto, akselerasi penyaluran kredit mampu diimbangi BRI dengan tetap menjaga kualitas kredit yang disalurkan. Ini terlihat dari rasio kredit bermasalah, yakni NPL Gross BRI, yang tercatat sebesar 2,5 persen. “NPL BRI tercatat lebih kecil daripada NPL industri, dimana NPL industri perbankan di Indonesia berada di kisaran 2,7 persen,” ungkap Suprajarto.
Sebagai bank yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan porsi terbesar, kata dia, BRI terus mendorong penyaluran KUR ke sektor produktif. Hingga akhir September 2018, tercatat BRI berhasil menyalurkan KUR senilai Rp 69 triliun atau 86,6% dari target penyaluran tahun 2018 sebesar Rp 79,7 triliun.
KUR tersebut disalurkan kepada lebih dari 3,4 juta debitur. Dari total Rp 69 triliun KUR yang berhasil disalurkan selama sembilan bulan, 42% diantaranya disalurkan ke sektor produktif. “Komposisi penyaluran KUR akan terus kami fokuskan ke sektor produktif sesuai arahan Presiden Jokowi,” ujar Suprajarto.
Dari sisi simpanan, jelas Suprajarto, Dana Pihak Ketiga BRI berhasil tumbuh double digit sebesar 13,3 persen ke posisi Rp 872,7 triliun dari posisi Rp 770,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “Dana murah (CASA) masih mendominasi DPK BRI dengan proporsi 56,5 persen,” paparnya.
Kinerja bisnis positif diatas, jelas Suprajarto, ditunjang oleh peningkatan efisiensi operasional perusahaan. Rasio BOPO BRI di akhir September 2018 tercatat sebesar 70,6 persen, lebih rendah dibandingkan dengan BOPO di posisi akhir September tahun lalu yakni 73,2 persen. Ini tak lepas dari strategi perusahaan yang terus berinovasi melakukan digitalisasi baik dalam produk dan layanannya.
Sementara Fee Based Income (FBI) serta pendapatan operasional lainnya juga memiliki peran penting mendorong pendapatan perseroan. Tercatat FBI tumbuh 18,4 persen secara year on year. “Dengan sisa tiga bulan hingga bulan Desember, kami optimistis mampu mencapai target yang telah dicanangkan,” pungkas Suprajarto.
Dalam pemaparannya, Suprajarto mengungkapkan, perseroan mampu meraup laba bersih sebesar Rp 23,5 triliun atau tumbuh 14,6 persen dibandingkan laba pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 20,5 triliun. Sedangkan untuk aset, secara konsolidasi BRI tercatat sebesar Rp 1.183,4 triliun atau naik 13,9%.
Kinerja ini disokong oleh penyaluran kredit yang tumbuh di atas rata rata industri perbankan Indonesia. “Hingga akhir September, BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp.808,9 triliun atau naik sebesar 16,5 persen dibandingkan periode September 2017 sebesar Rp 694,2 triliun. Angka ini lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit perbankan nasional pada September 2018 sebesar 12,6 persen,” urai Suprajarto. (Nikson/balipost)