Warga Desa Pakraman Yeh Poh, Manggis, Karangasem saat mengarak pajegan dan sumbu serangkaian ritual aci ngusaba agung. (BP/dok)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Sejumlah desa pakraman di Karangasem memiliki ritual unik yang masih tetap dilestarikan oleh warganya. Salah satunya seperti ritual unik di Desa Pakraman Yeh Poh, Manggis, Karangasem yakni melaksanakan ritual aci ngusaba agung. Ritual ini dilaksanakan setiap setahun sekali. Ritual ini cukup unik, karena setiap keluarga diwajibkan untuk membuat pajegan dan sumbu setinggi satu setengah meter yang nantinya pajegan dan sumbu ini diarak mengelilingi desa setempat.

Bendesa Pakraman Yeh Poh, I Gede Sarjana Suyasa menjelaskan, ritual aci ngusaba agung ini memang rutin dilaksanakan setiap tahunnya.

Baca juga:  Dari Terduga Teroris Ditembak Mati hingga Omzet Pedagang Pasar Tradisional Turun

Kata dia, mengingat ini sudah menjadi sebuah tradisi, maka warga setiap tahunnya diwajibkan untuk membuat aci atau sesembahan berupa pajegan serta sumbu.

“Setiap keluarga memang wajib membuat pajegan serta sumbu ini. Dimana, pajegan dan sumbu ini tingginya mencapai satu setengah meter. Dan bahannya dari berbagai hasil bumi seperti padi, buah-buahan dan jajan tradisional,” ucapnya.

Suyasa menambahkan, jika pajegan dan sumbu yang di buat oleh warga nantinya bakal diarah keliling desa. Namun, sebelum diarak pajegan dan sumbu didoakan lebih dulu oleh warga. Jelas dia, saat diarak nanti pajegan dan sumbu dibagi menjadi dua kelompok dengan jalur yang berlawanan. Dimana masing-masing kelompok membawa sesembahan secara berbaris untuk selanjutnya mengelilingi desa.

Baca juga:  Bandesa Kaliakah Diadili Korupsi Dana Hibah

“Nantinya pajegan dan sumbu bertemu di satu titik.  Dalam pertemuan ini bukan pertemuan biasa karena pertemuan itu memiliki arti dan makna yakni menyatukan sifat alam dan sifat manusia agar berjalan harmonis. Jadi intinya menghubungkan dua kutub yang berbeda namun menjadi kesatuan,” katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, setelah pajegan dan sumbu selesai di arak keliking desa, selanjutnya pukuhan pajegan dan sumbu tersebut ditempatkan di areal Pura Puseh untuk kemudian di doakan kembali.

Baca juga:  Bendesa Adat Perlu Pahami Fungsi LPD

“Selain untuk memohon perlindungan kepada Ida Hyang Widi Wasa, juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta atas segala keberlimpahan yang diberikan selama ini,” jelas Suyasa. (eka prananda/balipost)

 

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *